Sukses

Harga BBM Subsidi Tak Naik, Nilai Tukar Rupiah Bisa Tembus 13.000

Kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter akan memberi penghematan anggaran pemerintah sebesar Rp 21 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mendesak Presiden Joko-Widodo (Jokowi) segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada tahun ini. Tanpa realisasi kebijakan tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi semakin terperosok tajam.

Sekretaris Jenderal AAEI, Pardomuan Sihombing menjelaskan, kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 3.000 per liter di November 2014 akan memberi penghematan anggaran pemerintah sebesar Rp 21 triliun. Angka itu diperkirakan masih rendah dibanding kebutuhan pemerintahan baru dalam melaksanakan program-programnya.

"Tapi itu satu-satunya jalan supaya pemerintah baru mendapatkan dana untuk merealisasikan programnya. Kenaikan harga BBM memang memberi shock di market, inflasi naik, suku bunga naik, tapi itu hanya sementara," ujar dia saat Diskusi Prospek IHSG Paska Pelantikan Jokowi-JK di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (23/10/2014).

Namun demikian, Pardomuan mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi dapat mempersempit defisit transaksi berjalan Indonesia yang sudah dalam level mengkhawatirkan. Kebijakan tersebut, lanjutnya, dapat menekan impor minyak dan BBM cukup signifikan.

"Jika tidak menaikkan harga BBM subsidi, rupiah kita bisa menuju level Rp 13.000 per dolar AS dan akan menghantam inflasi. Karena konsumsi kita masih tergantung pada impor, jadi ketika inflasi naik, suku bunga acuan naik," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Analis AAEI Hans Kwee menambahkan, kenaikan harga BBM sangat bagus untuk pelaku pasar modal. Dia menyarankan agar kebijakan tersebut dilakukan sekaligus sebesar Rp 3.000 per liter.

"Lalu penghematannya dialihkan ke sektor logistik dan transportasi, misalnya pemberian stimulus pajak, subsidi dan sebagainya," tegas dia.

Analis AAEI lain, David Sutyanto mengatakan, setelah menaikkan harga BBM, upaya pemerintah selanjutnya adalah meredam inflasi. Dengan penyesuaian harga BBM Rp 3.000 per liter di November akan menyumbang tambahan inflasi sebesar 3 persen.

"Dalam jangka pendek kenaikan harga BBM pasti tidak bagus buat pasar atau IHSG, tapi sangat baik untuk jangka panjang. Misalnya saja kenaikan harga BBM di Juni 2013, inflasinya naik 3 persen, dan IHSG turun 14 persen," pungkas dia. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.