Sukses

Respons Negatif IHSG Akibat Kenaikan BBM Subsidi Cuma Sementara

Investor asing telah melakukan penjualan bersih sebesar Rp 8 triliun dalam dua bulan ini

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan merespon negatif kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi maksimal selama enam bulan. Namun kebijakan tersebut sangat bagus untuk perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.

Sekretaris Jenderal AAEI, Pardomuan Sihombing mengungkapkan, penyesuaian harga BBM subsidi akan mengakibatkan shock di pasar keuangan, termasuk IHSG. Tapi itu hanya bersifat sementara.

"Kalau harga BBM subsidi naik di November ini, pasar akan drop dulu 3-6 bulan. Jadi investor akhir tahun ini tidak akan happy ending kalau harga BBM dinaikkan," ujar dia dalam Diskusi Prospek IHSG Paska Pelantikan Jokowi-JK di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (23/10/2014).

Kata Pardomuan, investor asing telah melakukan penjualan bersih sebesar Rp 8 triliun dalam dua bulan ini. Secara year to date (Ytd) penjualan bersih mencapai Rp 43 triliun.

"Kalau pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, asing akan menarik dananya lagi tapi saat nanti yield pricing relatif rendah, dia akan masuk lagi. Jadi kenaikan harga BBM membuat pasar Indonesia jangka panjang akan naik," tuturnya.

Dari catatan Analis AAEI David Sutyanto, efek kenaikan harga BBM subsidi bakal negatif dalam jangka pendek terhadap IHSG. Sebagai contoh, dijelaskannya, kenaikan harga BBM subsidi Mei 2008 dari Rp 4.500 ke Rp 4.600 per liter, inflasi naik 4 persen dan IHSG turun 10 persen.

"Kenaikan harga BBM subsidi Juni 2013 dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter, inflasi naik 3 persen dan IHSG merosot 14 persen. Jadi tantangan pemerintah mengendalikan inflasi paska menaikkan harga BBM subsidi," papar dia.

Dampak jangka panjangnya, lanjut David dapat mempersempit defisit transaksi berjalan dan menyehatkan postur APBN. Pertumbuhan ekonomi pun terdorong naik dari penghematan kenaikan harga BBM subsidi ke sektor yang lebih produktif seperti infrastruktur, logistik, transportasi, pendidikan dan kesehatan.

Sementara Analis AAEI lain, Hans Kwee, pemerintah harus menaikkan harga BBM subsidi tahun ini. Pasalnya jika hal itu dilakukan pada 2015, maka pemerintah harus meminta restu parlemen kembali dan itu tidak mudah.

"Parlemen dikuasai Koalisi Merah Putih (KMP), jadi harus hati-hati karena belum tentu disetujui. Sebab biarpun politik agak mencair berkat safari politik Jokowi, tapi KMP pun ingin menguasai jabatan kepala daerah sehingga makin sulit memuluskan program Jokowi ke depan," tegas Hans. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.