Sukses

Harga Minyak Rebound dari Level Terendah Dalam 27 Bulan

Harga minyak melambung dari posisi terendah dalam 27 bulan merespons pertumbuhan permintaan minyak.

Liputan6.com, New York - Harga minyak melambung dari posisi terendah dalam 27 bulan pada Kamis (Jumat pagi WIB) merespons tanda-tanda adanya pertumbuhan permintaan dan Arab Saudi memotong pasokan minyak ke pasar pada September.

Dilansir dari Wall Street Journal, Jumat (24/10/2014), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik US$ 1,57 atau 2 persen menjadi US$ 82,09 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah tumbang ke level US$ 80,52 per barel pada kemarin, harga terendah sejak Juni 2012.

Menurut analis minyak Carl Larry, rendahnya harga minyak menarik pelaku pasar untuk melakukan aksi borong. "Ketika harga turun ke level US$ 80, ada banyak membeli di luar sana," kata Larry.

Data ekonomi positif yang dirilis juga mendukung harga minyak. Markit merilis indeks pembelian manajer untuk zona euro naik menjadi 52,2 pada Oktober dari 52 pada bulan September. Di Asia, sebuah laporan awal pada aktivitas manufaktur China dari HSBC naik tipis menjadi 50,4 pada Oktober dari 50,2 pada September.

Selama ini pertumbuhan permintaan lambat di Eropa dan China telah menjadi alasan utama harga minyak telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir.

Di Amerika Serikat (AS), jumlah klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara bulanan turun ke level terendah dalam 14 tahun. Pengangguran yang lebih rendah dapat mendongkrak permintaan minyak khususnya bensin karena lebih banyak penumpang mengendarai mobil ke kantor.

Harga minyak yang menjadi patokan global yaitu Brent naik US$ 2,12, atau 2,5 persen menjadi US$ 86,83 per barel di ICE Futures Europe.

Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak telah jatuh di tengah kekhawatiran tentang melimpahnya pasokan minyak dunia. Hal ini disebabkan meningkatnya produksi minyak AS dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) enggan untuk memangkas produksi untuk menjaga harga tinggi.


Arab Saudi memasok pasar internasional dan domestik dengan 9,36 juta barel per hari (bph) minyak mentah pada bulan September, turun dari 9,688 juta bph pada bulan Agustus.

Padahal produksi keseluruhan di negara itu tumbuh dari 9,597 juta bph pada bulan Agustus menjadi 9,7 juta bph bulan lalu. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.