Sukses

Bisnis Cokelat di Balik Halloween

Salah satu bisnis terbesar saat Halloween adalah bisnis cokelat. Begini bisnis cokelat tersebut berjalan.

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat konsumsi masyarakat makin bertambah saat Halloween. Bahkan masyarakat Amerika Serikat (AS) tak tanggung-tanggung keluarkan puluhan dolar untuk membeli kostum dan permen Halloween.

Pada 2013, diperkirakan lebih dari US$ 7 miliar dikeluarkan konsumen untuk membeli peralatan Halloween. Demikian seperti dikutip Forbes pada Jumat (31/10/2014).

Dari pembelian sebesar US$ 7 miliar itu, 41 juta kostum yang terdiri dari hantu, pahlawan, penyihir, putri cantik, bahkan hingga kostum presiden terjual dan akan bergentayangan di malam Halloween.

Diperkirakan, satu orang menghabiskan US$ 75,03 dengan rata-rata konsumsi kostum US$ 27.85 dan US$ 22.37 untuk permen. Selain itu, konsumsi cokelat pun diperkirakan 2 kali lebih banyak dibanding saat hari Valentine. Tentu saja, ini adalah berita penting untuk para pengusaha cokelat.

Tetapi, ternyata pasokan cokelat ini sangat tergantung kepada negara produsen cokelat seperti Ghana dan Pantai Gading. Dua negara ini adalah pemasok 50 persen kebutuhan cokelat global.

Dapat dibayangkan jika negara-negara pemasuk cokelat ini tidak mampu melakukan ekspor karena satu dan lain sebab. Jika hal itu terjadi, rantai pasokan global akan terganggu dan perayaan Halloween tidak akan semeriah biasanya.

Selain itu, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah kondisi para pekerja yang ada di negara tersebut. Di Afrika, masih banyak pekerja kebun cokelat yang masih anak-anak. Selain itu, kasus lain yang masih marak juga adalah perdagangan manusia hingga perbudakan.

Dua masalah ini yang harus diselesaikan. Jika tidak, perayaan Halloween mungkin saja akan terganggu. (Rio A/Ahm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini