Sukses

5 Negara Ini Bisa Bangkrut Gara-gara Harga Minyak Turun

Kelima negara ini akan diuntungkan jika harga minyak naik, namun juga bisa rugi besar bahkan bangkrut hanya karena murahnya harga minyak.

Liputan6.com, Jakarta - Minyak masih menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan energi seluruh penduduk di dunia. Hal itulah yang memicu sejumlah negara penghasil minyak berlomba-lomba untuk mengeruk sebanyak-banyaknya minyak dari perut bumi.

Saat ini ada beberapa negara yang mengandalkan penjualan minyak untuk membangun negaranya yaitu Iran, Nigeria, Venezuela, Rusia dan Arab Saudi.

Kelima negara ini akan sangat diuntungkan jika harga minyak naik, namun juga bisa rugi besar bahkan  bangkrut hanya karena murahnya harga minyak.

Harga minyak di pasar global saat ini dibanderol seharga US$ 83 per barel. Harga tersebut kurang diharapkan bagi beberapa negara yang mengandalkan minyak sebagai tulang punggung penerimaan negara.

Data Deutsche Bank dan Thomson Reuters yang disusun oleh DoubleLine Capital mencatat dalam anggaran belanjanya, pemerintah Iran menetapkan harga minyak US$ 135 per barel. Sedangkan pemerintah Rusia menetapkan harga minyak di US$ 100 dan pemerintah Arab Saudi sebesar US$ 95 per barel.

"Semua produsen minyak sangat terkena dampak menurunnya harga ini, sekarang tinggal siapa yang bisa bertahan paling lama itu yang akan menang," kata Phil Flynn, analis energi dari Price Futures Group dilansir dari CNN, Sabtu (1/11/2014).

Branko Terzic, konsultan energi yang juga sebagai komisaris Federal Energy Regulatory Commission (FERC) menilai menurunnya harga minyak tersebut lebih disebabkan kondisi negara masing-masing yang kurang kondusif ditambah dengan berbagai konflik di timur tengah.

Sebagai contoh di Rusia. negara itu saat ini tengah dihadapkan oleh dunia internasional terkait tindakannya terhadap Ukraina. Selain itu, di Iran perkembangan negaranya terhambat akibat sanksi dari internasional atas program nuklirnya.

Sedangkan untuk Arab Saudi, mereka sedang berlomba-lomba dengan Iran untuk enggan mengurangi pasokan minyaknya yang kemudian persaingan tersebut berdampak pada ekspektasi harga minyak yang mereka tetapkan.

Di tengah harga minyak yang rendah, Rusia bisa mengandalkan cadangan devisanya untuk menutup kebutuhan anggarannya selama empat tahun. Sementara untuk Arab Saudi mampu bertahan selama delapan tahun.

Nigeria nampaknya menjadi negara yang tidak seberuntung Rusia dan Arab Saudi mengingat dengan cadangan devisa yang dimiliki saat ini hanya mampu menutup anggaran pemerintahannya selama beberapa bulan. (Yas/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.