Sukses

Dolar Menguat Bikin Harga Minyak Jatuh

Dolar makin menguat dan negara penghasil minyak enggan memangkas produksi minyak membuat harga minyak dunia makin tertekan.

Liputan6.com, New York - Harga minyak cenderung tertekan pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi) seiring Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) kelihatannya tak ingin memangkas produksi yang diputuskan pada pertemuan bulan ini.

Harga minyak jenis light sweet untuk pengiriman Desember turun US$ 1,25 menjadi US$ 77,4 per barel di New York Mercantile Exchange. Hal ini diikuti dengan harga minyak jenis Brent turun lebih dari US$ 1 menjadi US$ 82 per barel.

Harga minyak dunia cenderung tertekan seiring dolar Amerika Serikat (AS) menguat karena kekhawatiran konflik di Libya dan Ukraina.
Dolar naik 0,2 persen terhadap mata uang lainnya di awal pekan ini. Penguatan dolar membuat harga minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Hal itu ditambah dengan persediaan minyak melimpah, dan itu menandakan pertumbuhan ekonomi melambat sehingga menekan harga minyak. Sejak Juni 2014, harga minyak telah turun 30 persen.

"Begitu banyak tekanan untuk harga minyak mentah Amerika Serikat. Ada pembalikan arah besar dari dolar menguat. Saya rasa harga minyak cenderung konsolidasi dengan pelaku pasar fokus pada pertemuan OPEC," ujar Phillip Streibel, Senior Market Strategist RSJO Futures, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (11/11/2014).

OPEC akan mengadakan pertemuan pada 27 November 2014, dan ini menjadi kunci untuk mengetahui produksi dan persediaan minyak. Namun sejauh ini belum ada indikasi produsen minyak untuk memangkas produksi minyak. Hal itu disampaikan menteri energi Kuwait Ali al-Omair.

Sementara itu, Direktur iiTrader di Chicago, Oliver Sloup menuturkan, penguatan dolar AS dan perlambatan ekonomi global berlanjut membuat tekanan ke pasar. Ketika reli terjadi di harga minyak maka pelaku pasar cenderung ambil kesempatan untuk jual.

Selain itu tekanan lain untuk harga minyak datang dari Libya dengan lapangan minyak terbesar El Sharara diambil alih oleh tentara. Sedangkan di Ukraina, tekanan yang terjadi dapat membuat gangguan persediaan gas dari Rusia yang berpotensi meningkatkan permintaan minyak. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.