Sukses

Jokowi Umumkan Kenaikan Harga BBM Usai Kunjungan Luar Negeri?

Pengusaha meyakini Presiden Jokowi akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi usai kunjungan ke beberapa negara.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) meyakini Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi usai kunjungan ke beberapa negara.

Ketua Umum APINDO Sofjan Wanandi memaklumi molornya pengumuman kenaikan harga BBM subsidi yang diperkirakan bakal dilakukan pada awal November 2014.

Apalagi, Jokowi dan beberapa menteri bertolak ke tiga negara, yakni Tiongkok menghadiri APEC 2014, Myanmar KTT ASEAN dan Australia di event internasional G20.

"Baru juga dua minggu (kerja), terus langsung jalan ke APEC, G20. Tapi pulang dari itu, pastilah Jokowi naikkan (harga BBM)," kata dia usai acara U.S-Indonesia Investment Summit di Jakarta, Rabu (12/11/2014).

Dia berpendapat, Jokowi pasti akan menepati janjinya menyesuaikan harga BBM subsidi yang sudah dipastikan pada bulan ini.

"Masa dia (Jokowi) bilang di APEC mau naikkan (harga), lalu tidak mau naikkan," ucapnya.

Pengusaha, sambung Sofyan, butuh kepastian terhadap kebijakan pemerintah termasuk penyesuaian harga BBM subsidi. Efek positifnya, fiskal Indonesia jauh lebih sehat, ruang fiskal besar untuk mendorong pembangunan infrastruktur.

"Kalau nggak ada duit, utang bisa lebih banyak, akhirnya suku bunga dinaikkan, dan kita tidak bisa bangun infrastruktur. Kita sendiri yang banyak rugi. Makanya naikkan saja sekali, tapi jangan kayak dulu bolak balik nunggu tiga tahun tidak naik sehingga menimbulkan spekulasi, tidak ada kepastian. Investasi jadi nunggu," ujarnya.

Sofyan mengaku, kenaikan harga BBM subsidi bakal menyakiti masyarakat Indonesia hanya bersifat sementara. "Susahnya cuma enam bulan hingga satu tahun, karena masyarakat kita sudah dimanjakan dengan subsidi. Kalau ditarik, marah-marah terutama orang politik," jelas Sofyan.

Lebih jauh katanya, fiskal Indonesia sudah tidak sehat karena banyak belanja negara berasal dari utang, seperti gaji pegawai, pembayaran bunga utang dan sebagainya.

"Masa bayar utang dan bayar bunga utang pakai utang lagi. Ini nggak sehat. Makanya investasi harus digenjot supaya masuk lebih banyak, sehingga bisa menurunkan BI Rate dan memperkuat rupiah karena rupiah kita sudah sangat lemah," tandas dia. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini