Sukses

4 Pelajaran Penting dari Kegagalan Bangun Bisnis

Tak peduli seberapa hebat, berbakat, cerdas dan sekeras apa Anda berusaha, kegagalan akan selalu datang menghadang.

Liputan6.com, New York - Semua orang tentu tak ingin mencicipi pahitnya kegagalan. Namun, tak peduli seberapa hebat, berbakat, cerdas dan  sekeras apa Anda berusaha, kegagalan akan selalu datang menghadang.

Setiap orang pasti pernah gagal, dan Anda hanya perlu ikhlas menerimanya. Tapi ingat, jangan sampai kegagalan tersebut membuat Anda tak mau berusaha lagi. Banyak orang yang mencatatkan cerita sukses dalam bisnisnya dengan berawal dari kegagalan seperti Steve Jobs, Walt Disney, Oprah Winfrey dan sebagainya.

Dilansir dari Americanexpress.com, Sabtu (15/11/2014), sebuah riset menemukan bahwa pebisnis yang ikhlas menerima kegagalan akan mendapat pegawai dan performa keuangan yang lebih baik.

Professor di Universitas Bradley, Amerika Serikat, membagikan empat pelajaran yang bisa diambil dari kegagalan:

1. Tahu kapan harus berhenti


Sempat menjadi jejaring sosial paling populer di dunia, jumlah pengunjung MySpace terus berkurang sejak keberadaan Facebook. Pada tahun 2006, News Corps menghabiskan sekitar US$ 580 juta atau Rp 7,1 triliun untuk MySpace karena harus bertarung melawan Facebook. Akhirnya, MySpace dijual dengan harga US$ 34 juta atau Rp 416 miliar.

Ketika Anda sudah mencurahkan seluruh tenaga, waktu, dan uang untuk sesuatu mencapai sesuatu dan gagal, mungkin itu adalah saatnya Anda berhenti. Pasalnya jika tidak, maka Anda akan menanggung kerugian yang lebih besar lagi.

2.  Tetap Fokus

Perusahaan aksesoris, `LA Gear`, mengalami kegagalan karena keinginan memperoleh keuntungan secepat mungkin sehingga menjajaki berbagai lini bisnis. Perusahaan ini menjual produk dengan diskon besar, kurang bermerek tentunya, serta berinvestasi untuk sepatu basket yang tentunya bukan merupakan barang yang dijualnya.

Ekspansi yang begitu cepat ini dapat membuat bisnis Anda tumbuh lebih cepat, namun sering kali Anda terjebak karena kehilangan fokus.

3. Jangan panik pada kompetitor

Jangan panik jika berhadapan dengan kompetitor.  Jika Anda terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berfokus pada bisnis yang dijalankan orang maka Anda akan sangat mudah untuk dijatuhkan. Jadikan kompetitor sebagai motivasi kesuksesan bisnis Anda.

4. Belajar untuk melimpahkan.

Jill Barad merupakan CEO wanita pertama di perusahaan bernama Mattel. Dia sangat intens dan fokus pada detil pekerjaan.  Hal itu bagus untuk manajer produk, namun jika dia melakukan hal yang sama dan menolak untuk melimpahkan ke bawahannya, hal ini membuat pekerjaannya terganggu dan kurang produktif. Akhirnya, ia pun dipaksa keluar dari perusahaan tersebut. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.