Sukses

Harga BBM Naik, Masyarakat Tak Perlu Antre Berjam-jam

"Untuk apa antre berjam-jam? Bikin chaos tapi sebenarnya benefitnya tidak banyak. Yakinlah stok BBM cukup," kata Menteri ESDM Sudirman Said.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menegaskan stok bahan bakar minyak (BBM) baik subsidi maupun non subsidi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hanya saja, jatah kuota BBM subsidi sebanyak 46 juta kiloliter (kl) bakal habis pada 22 November 2014.

"Yang akan habis itu kuota BBM subsidi. Masyarakat suka keliru disangka BBM-nya yang bakal habis," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said di kantornya, seperti ditulis Senin (17/11/2014).

Lebih jauh mantan Direktur Utama PT Pindad itu memastikan barang atau stok BBM subsidi sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Begitupula dengan ketersediaan pasokan BBM non subsidi. Pasalnya Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero) selalu menjalin koordinasi termasuk dengan Menteri Keuangan.

"Barangnya (BBM subsidi) nggak akan habis atau cukup, karena tugas pemerintah menyediakan kecukupan BBM pada masyarakat dan itu nggak masalah," tegas dia.

Sudirman mengimbau agar kenaikan harga BBM subsidi tidak langsung membuat masyarakat menjadi panik dan akhirnya rela antre berjam-jam di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). "Meski ada perbedaan harga nantinya, untuk apa antre berjam-jam? Bikin chaos tapi sebenarnya benefitnya nggak banyak. Yakinlah stok BBM cukup," ujarnya.

Terkait kepastian penyesuaian harga BBM subsidi, dia mengaku akan dibahas kembali setelah Presiden Joko Widodo kembali dari kunjungan kerjanya ke tiga negera. "Kita menunggu Presiden kembali, lalu akan dibahas dan nanti kita akan jelaskan," imbuh Sudirman.

Tolak Harga BBM Naik

Sementara itu, rencana kenaikan BBM yang akan dilakukan pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla terus menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan.

Aktivis Solidaritas Untuk Pergerakan Aktifis Indonesia (Suropati), Aditya Iskandar menekankan penolakan kenaikan harga BBM tersebut. 

"Kami akan terus melakukan perlawanan karena ini menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia. Bohong kalau mereka bilang kenaikan harga BBM untuk menyelamatkan keuangan atau inflasi negara kita," ujar dia.

Dikatakan Aditya kenaikan Migas ini bukan hanya semata-mata mengenai harga dan kenaikan inflasi, tapi menurutnya ada mafia minyak dan gas (migas) yang bermain di dalamnya.

"Bukan semata-mata kenaikan harga atau inflas yang 1,2-1,3 persen saja, ini ada mafia migas di dalamnya. Kita sudah tahu lah siapa menteri-menteri yang rekam jejaknya berhubungan mafia migas ini,"  pungkasnya.

Untuk diketahui Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardodjo mengatakan bahwa setiap kenaikan BBM Rp 1.000 bisa menaikan inflasi 1,3 persen. Jika kenaikan harga BBM Rp 3.000 maka akan menaikan inflasi 3,9 persen. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini