Sukses

Kembangkan Energi Terbarukan, RI Bergantung Teknologi Luar Negeri

Pemerintah semakin getol mengembangkan energi terbarukan demi mengurangi penggunaan BBM.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah semakin getol mengembangkan energi terbarukan demi mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Sayangnya, Indonesia masih bergantung pada teknologi dari luar untuk pengembangan bioenergi.

Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengungkapkan, pengembangan bioenergi atau biomassa di Indonesia merupakan salah satu bentuk kerja dari Kementeriannya.

"Tapi ada beberapa yang nggak bisa dilakukan sendiri untuk menjalankan pengembangan energi terbarukan. Jadi masih bergantung pada teknologi dari luar," papar dia saat acara Forum Bisnis tentang Potensi Bioenergi Indonesia di Intercontinental Hotel, Jakarta, Senin (17/11/2014).

Sebagai contoh, kata Dadan, pengembangan gas engine dan biogass untuk menghasilkan listrik masih harus mengandalkan teknologi dari Jerman.

"Engine buat membakarnya belum ada, yang punya cuma Jerman. Makanya kita bekerjasama dengan Jerman untuk menambah pasokan listrik ke daerah, mempercepat elektrifikasi listrik masyrakat yang belum menikmatinya. Misalnya sumber daya matahari kan ada di mana-mana," tegas dia.

Forum tersebut, menurut Dadan, dihadiri oleh para pengusaha asal Jerman yang memungkinkan adanya penanaman modal di sektor energi terbarukan. "Tapi ini kan swasta, di mana mereka harus untung jadi selain memberi manfaat untuk masyarakat, juga ada benefit buat pengusaha yang investasi," jelasnya.

Forum bisnis tentang Teknologi Inovatif Untuk Memanfaatkan Potensi Bioenergi Indonesia berfungsi sebagai program pelayanan satu pintu dalam mengatasi masalah teknis, ekonomis dan administrasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar bioenergi di Indonesia

Kegiatan ini diselenggarakan GIZ Renewable Energy Programme Indonesia/ASEAN dan Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman (EKONID).

Forum ini bertujuan untuk memfasilitasi kemitraan business to business antara perusahaan bioenergi Jerman dan Indonesia. Lebih jauh, forum bisnis ini adalah salah satu forum pertama yang diadakan setelah Ditjen EBTKE meluncurkan feed in tariff untuk biomassa atau biogas pada 22 Oktober 2014. Pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2014 tarif dasar listrik meningkat sebesar 7 persen dari tarif awal di 2012.

"Semakin tinggi tarif dasar dan regional faktor diharapkan dapat mempromosikan pengembangan proyek biomassa atau biogas yang ekonomi. Kami juga mewajibkan PLN membeli listrik dari pembangkit biomassa dan biogas, dan kebijakan lainnya," tandas Dadan. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini