Sukses

Kementan akan Tunjuk Langsung Penyedia Pupuk dan Benih ke Petani

Menko Perekonomian, Sofyan Djalil menilai, penunjukan langsung untuk penyediaan pupuk dan benih agar lebih cepat.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) akan mengubah sistem penyediaan pupuk dan benih bagi petani dari sebelumnya melalui sistem tender menjadi sistem penunjukan langsung.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, penunjukan langsung ini diharapkan bisa mempercepat waktu penyediaan pupuk dan benih. Jika dilakukan secara tender seperti ini paling tidak membutuhkan waktu hingga 2 bulan.

"Kalau ditender, tender saja butuh satu bulan. Nanti setelah tender, bibit baru bisa datang ke petani dua bulan kemudian. Tunggu tiga bulan bisa keburu terlewat musim tanamnya. Jadi harus penunjukan langsung supaya cepat," ujar Sofyan di Kantor Kementan, Ragunan, Jakarta Selatan, Senin (17/11/2014).

Meski dilakukan dengan sistem penunjukan langsung, namun Sofyan menjamin tidak akan ada tindakan korupsi dalam prosesnya nanti.

"Nggak akan bermasalah. Karena yang kita lakukan hanya shortcut yang tadinya pakai tender jadi tidak pakai tender. Asal tidak ada korupsi, tidak masalah," lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan untuk penyediaan pupuk akan dilakukan Pupuk Indonesia Holding Company. Sedangkan penyediaan benih unggul padi, jagung dan kedelai akan dilakukan oleh PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani dengan jumlah sebesar 50 ribu ton.

"Pupuk dan benihnya ini dengan perusahaan BUMN. Ini dibagi langsung, bagi habis ke wilayah masing-masing," kata Amran.

Selain itu, guna mendorong tercapainya target swasembada pangan dalam 3 tahun ke depan, Kementan juga akan melakukan pengadaan alat mesin pertanian (alsintan) berupa traktor sebanyak 7 ribu unit dan melakukan revitalisasi irigasi. Total anggaran yang disisihkan untuk hal tersebut diperkirakan mencapai Rp 2 triliun untuk 2015.

Menurut Amran, persoalan pertanian yang dihadapi oleh Indonesia saat ini  salah satunya terjadi penurunan rumah tangga tani selama 10 tahun dari 31 juta menjadi 26 juta rumah tangga. Ini berarti ada penurunan 500 ribu rumah tangga per tahunnya.

"Makanya kita perlu peningkatan alsintan untuk bisa berakselerasi. Selain itu juga penyuluh kita harus diaktifkan kembali serta jaminan pasar bagi produksi pangan pada puncak panen sehingga harga tidak turun drastis," tutur Amran. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.