Sukses

BBM Naik, Supir Taksi Kerja Keras Kejar Setoran

Harga BBM naik diikuti dengan kenaikan tarif argo taksi. Hal ini akan memberikan dampak selama tiga bulan.

Liputan6.com, Jakarta - Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dianggap sangat berat bagi supir taksi dengan target setoran cukup tinggi setiap harinya. Itu karena kebijakan tersebut akan menurunkan jumlah penumpang selama tiga bulan.

Salah seorang Supir Taksi Blue Bird, Tilam (52) mengungkapkan, penyesuaian harga BBM subsidi yang diikuti kenaikan tarif argo taksi bakal memberikan dampak selama tiga bulan.

"Biasanya sepi penumpang dalam tiga bulan, karena dua minggu setelah pengumuman kenaikan harga BBM, pasti ada penyesuaian tarif. Jumlah penumpang dari 16-20 orang per hari, merosot jadi 10 orang," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (19/11/2014).

Dalam sehari, kata Supir Taksi Blue Bird lain, Daruri (34), dipatok target setoran sekira Rp 450 ribu untuk armada tanpa stiker rute Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan armada taksi dengan stiker ditargetkan lebih tinggi Rp 700 ribu per hari.

"Dengan penurunan jumlah penumpang, kami masih bisa tetap sampai target tapi itu perlu kerja keras dari jam 3 pagi sampai 10 malam. Pokoknya jam 12 malam sudah harus masuk pool," papar dia.

Beruntung, tutur Daruri, perusahaannya dapat mengerti keadaan apabila target setoran tidak tercapai meski akan mengurangi komisi supir taksi.

Hal ini berbeda dengan kompetitor. "Kalau taksi putih, dapat nggak dapat tetap harus setor Rp 350 ribu per hari. Itu belum termasuk ongkos BBM," ceritanya.

Dia menjelaskan, supir taksi rata-rata menghabiskan 20 liter premium dalam sehari dengan rata-rata jarak tempuh 250 kilometer (km).

Dengan kenaikan harga BBM menjadi Rp 8.500 per liter, supir taksi harus mengeluarkan anggaran operasional BBM lebih mahal sebesar Rp 170 ribu per hari. Sedangkan sebelum kenaikan, hanya perlu merogoh Rp 130 ribu.

"Sebenarnya berat dengan kenaikan BBM subsidi, tapi mau gimana lagi. Ikut saja kebijakan pemerintah. Pemerintah bobrok nggak punya uang, nggak apa, yang penting uangnya jelas untuk pendidikan, kesehatan, jangan kayak tahun lalu burem," harap Daruri. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini