Sukses

Susi Pudjiastuti: Ikan Tuna RI Jadi Primadona Dunia

Indonesia adalah salah satu penghasil ikan tuna yang terbesar di dunia.

Liputan6.com, Kuta - Indonesia adalah salah satu penghasil ikan tuna yang terbesar di dunia. Hal ini ditopang faktor geografis yang menguntungkan Indonesia, karena terletak di antara dua samudera yaitu Pasifik dan Hindia.

Dalam lima tahun, Indonesia telah menjadi habibat tumbuh kembang tuna terbesar di dunia. Produksi tuna, cakalang dan tongkol yang dihasilkan mencapai lebih dari 1,1 juta ton pertahun dengan nilai perdagangan yang disumbangkan sekitar Rp 40 triliun.

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, data FAO melalui State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA) 2014 menunjukkan bahwa sekitar 6,8 juta metrik ton berbagai jenis tuna ditangkap di seluruh dunia.

Dari jumlah itu, Susi melanjutkan, sekitar 4,5 juta ton berasal dari produksi utama tuna seperti albacore, bigeye, bluefin, skipjack, dan yellowfin.

"Di tahun yang sama Indonesia bisa memasok lebih dari 16 persen dari total produksi tuna. Tuna menjadi primadona ditingkat dunia, karena permintaan pasar dan harga yang tinggi," kata Susi saat membuka Bali Tuna Conference di Kuta, Bali, seperti ditulis Kamis (20/11/2014).

Meski demikian, ada juga tantangan yang harus dihadapi ke depannya adalah eksploitasi terhadap ikan tuna yang dampaknya akan buruk bagi kelangsungan sumber daya dan habitat tuna, yang otomatis dampaknya akan menurunkan produktivitas tuna itu sendiri. Hal itu juga akan berpengaruh pada ukuran tuna yang juah lebih kecil dan tangkapan yang lebih jauh ke laut lepas.

"Tentu saja hal itu mengancam keberlangsungan mata pencarian nelayan dan juga bisnis tuna. Jadi, diperlukan
sustainable fisheries development supaya habibat tuna di Indonesia tidak musnah," kata Susi.

Susi menambahkan, sebagai bentuk komitmen tersebut pada konferensi ini KKP akan me-launching 'Indonesia Tuna Fisheriesp Management Plan' yang akan diikuti dengan 'Bali Statement' tentang komitmen stakeholder soal rencana aksi tersebut. (Dewi divianta/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.