Sukses

Venezuela Sebut Harga Minyak Harusnya di Level US$ 100 per Barel

Turunnya harga minyak membuat program sosial Venezuela terancam. Pasalnya, dana untuk program tersebut berasal dari ekspor minyak.

Liputan6.com, Carasas - Setelah OPEC memutuskan untuk tetap memproduksi minyak dengan kuota sebanyak 30 juta barel per hari dan tidak ambil pusing terhadap harga minyak dunia yang semakin melorot, beragam respon pun muncul. Bahkan, respon 'ketidaksetujuan' terhadap keputusan tersebut juga muncul dari salah satu anggota mereka yaitu Velezuela.

Seperti dilansir oleh Business Insider, Sabtu (29/11/2014), dalam sebuah pidatonya, Presiden Venezuela Nicholas Maduro berjanji bahwa ia tidak akan beristirahat sampai harga minyak kembali ke tempat "dimana seharusnya berada." Menurut Maduro, harga minyak dunia seharusnya adalah di kisaran US$ 100 per barel.

"Kami akan menjaga kedalaman dan ritme investasi kami ke masyarakat," kata Maduro. "Respon terbaik untuk menghadapi rintangan ini adalah bersama bekerja,  berjuang dan disiplin," tambahnya.

Bagi Venezuela, tidak dipangkasnya produksi minyak oleh negara-negara pengekspor minyak memang berakibat cukup besar. Misalnya, uang yang dihasilkan dari komoditas yang diekspor Venezuela menjadi tidak cukup untuk membiayai program-program sosial yang telah dimulai semenjak era Hugo Chavez.

Venezuela sendiri adalah negara dengan segudang program sosial, dari mulai pendidikan gratis hingga program kesejahteraan sosial lainnya. Selama ini, dana untuk program sosial tersebut sebagian besar memang berasal dari ekspor, terutama ekspor minyak.

Dengan harga minyak yang rendah, maka keberlangsungan program sosial tersebut terancam. Apalagi, sepeninggal Chavez negara tersebut memang kurang stabil karena berbagai masalah internal negara tersebut, dan turunnya harga minyak menambah satu masalah lagi. (Rio Apinino/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.