Sukses

Harga Emas Susut Dibayangi Penguatan Dolar AS

Harga emas konsolidasi setelah jatuh pada hari Senin usai Swiss memilih menentang peningkatan cadangan emasnya.

Liputan6.com, New York - Harg emas tergelincir pada Rabu (3/12/2014) ini, dipicu penguatan dolar dan sinyal membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS), dimana penurunan harga minyak diperkirakan akan membuat The Fed memperketat kebijakan moneter pada pertengahan tahun depan.

Harga emas di pasar spot emas merosot 0,95 persen menjadi US$ 1.198,77 per ounce, setelah naik hampir 4 persen pada Senin kemarin, yang merupakan lompatan terbesar satu hari sejak September 2013. Emas berjangka AS turun 1,5 persen untuk menetap di US$ 1.199,40 per ounce, melansir laman Reuters.

Harga emas konsolidasi setelah jatuh pada hari Senin usai Swiss memilih menentang peningkatan cadangan emasnya, di man harga emas rally ke posisi US$ 1.220,99 per ounce, level tertinggi dalam sebulan, karena harga minyak pulih.

"Secara teknis, adalah penting bahwa emas memegang US$ 1.190, sebagai pelanggaran melalui tingkat yang dapat menghasilkan kerugian lebih lanjut di posisi US$ 1.140 menjadi US$ 1.150 kisaran yang telah kita lihat pada hari Senin," kata analis senior ActivTrades Carlo Alberto de Casa.

Bullion telah jatuh seiring penurunan harga minyak di mana ada perkiraan harga minyak mentah yang lebih rendah dapat mengurangi tekanan inflasi. Logam ini biasanya dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang dipimpin minyak.

Sementara dolar naik 0,8 persen terhadap sekeranjang mata uang utama dan menjadi yang tertinggi sejak 2010, didukung komentar Wakil Ketua The Fed Stanley Fischer dan Presiden the Fed New York William Dudley pada satu acara terpisah pada Senin.

"Jika ekonomi terus menguat, Anda akan melihat kemungkinan untuk itu kenaikan suku bunga dilakukan lebih awal dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi selalu buruk bagi emas karena emas adalah kendaraan tanpa bunga," Phillip Streible, broker komoditas senior RJO Futures.

Analis BoA Merrill Lynch Michael Widmer mencatat perdagangan sangat berombak. "Kekhawatiran atas dampak harga yang lebih rendah pada inflasi dan apa inflasi yang lebih rendah tidak dengan kebijakan bank sentral merupakan faktor pendorong," kata Widmer.(Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini