Sukses

Rupiah Ambruk ke Level Terendah Sejak 2008

Nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level 12.933 per dolar AS dan merupakan level terendah sejak November 2008

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah meluncur ke level terendah sejak 2008 akibat penguatan dolar terhadap sejumlah mata uang di dunia. Nilai tukar rupiah melemah hingga 1,73 persen dan anjlok ke level 12.933 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Selasa (16/12/2014) sebelumnya nilai tukar rupiah melemah ke level 12.920 per dolar AS. Itu merupakan level terendah sejak perdagangan 21 November 2008. Saat itu, Rupiah menyentuh level 12.768 per dolar AS.

Sementara Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 12.900 per dolar AS. Angka tersebut juga menunjukkan level terendah rupiah sejak November 2008.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, penguatan nilai tukar dolar menjadi penyebab utama pelemahan rupiah dan sejumlah mata uang lain di dunia. Tak hanya rupiah, ruble Rusia, yen Jepang dan rupee India serta beberapa mata uang lain juga melemah dalam waktu bersamaan.

"Jadi tadi malam itu memang banyak berita negatif untuk rupiah seperti indeks manufaktur AS yang menguat tajam dan mendorong nilai tukar dolar," paparnya saat berbincang dengan Liputan6.com.

Indeks manufaktur AS meningkat jauh melampaui prediksi 0,7 persen, dengan realitas 1,5 persen. Pemulihan data ekonomi AS akhirnya mengubah ekspektasi pasar mengenai pernyataan The Fed terkait kenaikkan suku bunganya.

"Awalnya The Fed selalu menggunakan dalam jangka waktu tertentu, tapi pemulihan data ekonomi memicu spekulasi bahwa The Fed akan mengubah pernyataan soal kurun waktu kenaikkan suku bunganya," tutur David.

Hal tersebut membuat para investor mencari aset yang lebih aman dan akhirnya beralih ke dolar. Akibatnya, dolar menguat dan menyebabkan pelemahan ke sejumlah mata uang termasuk rupiah.

Tak hanya itu, para investor asing juga mulai melakukan aksi ambil untung dengan keluar dari pasar obligasi Indonesia.

"Kami melihat aliran keluar dana portofolio dari obligasi dan ekuitas Indonesia dengan kondisi likuiditas yang sangat tipis yang mungkin terjadi hingga akhir tahun," ungkap ahli strategi senior foreign-exchange di Australia & New Zealand Banking Group Ltd Khoon Goh. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.