Sukses

Saham Bumi Resources Terus Tertekan

Harga saham Bumi Resources turun 5,26 persen menjadi Rp 52 per saham pada penutupan perdagangan saham sesi pertama hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang perkasa selama sesi pertama perdagangan saham hari ini, harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) cenderung tertekan.

Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI),  turun 5,26 persen menjadi Rp 54 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Kamis (18/12/2014). Harga saham BUMI sempat berada di level tertinggi Rp 59 dan terendah Rp 52.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 3.663 kali dengan volume perdagangan saham 1,9 juta saham. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 10,3 miliar.

Sementara itu, di sesi pertama, IHSG naik 56,55 poin (1,12 persen) ke level 5.092,20. Indeks saham LQ45 menguat 1,51 persen ke level 877,83. Seluruh indeks saham acuan bergerak di sesi  hijau selama sesi pertama hari ini.

Saham BUMI menjadi salah satu top loser sepanjang 2014 di pasar modal Indonesia. Penurunan saham BUMI berada di posisi ketiga setelah saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM).

Sepanjang 2014, saham BUMI turun 81 persen menjadi Rp 57 per saham pada penutupan perdagangan saham Rabu 17 Desember 2014. Saham BUMI sempat berada di level tertinggi Rp 353 dan terendah Rp 56 pada 2014.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan, saham BUMI terus tertekan dipengaruhi sejumlah sentimen negatif mulai dari harga batu bara turun dan masalah gagal bayar utang kupon bunga sehingga mendapatkan peringkat default dari lembaga pemeringkat internasional S&P. "Dapat rekomendasi default dari S&P," ujar David, saat dihubungi Liputan6.com.

David menilai, harga saham Bumi Resources dapat saja sentuh level harga Rp 50. "Pembenahan utang mereka masih sulit," kata David.

Hal ini akan mengikuti harga saham lainnya terkait grup Bakrie lainnya seperti PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Darma Henwa (DEWA), PT Bakrieland Development Tbk (BTEL), dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Saham Top Loser Sepanjang 2014

Saham Top Loser Sepanjang 2014

Tak hanya saham BUMI yang catatkan top loser (penurunan harga saham terbesar) sepanjang 2014. Sektor saham pertambangan dan perkebunan cenderung mencatatkan top loser. Sektor saham tambang turun 4,51 persen secara year to date sedangkan sektor saham perkebunan naik tipis 3,94 persen.

Berdasarkan data RTI, berikut saham-saham yang catatkan top loser sepanjang 2014:

1. Saham PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

Saham MLBI turun 99,02 persen secara year to date (Ytd) menjadi Rp 11.800 pada penutupan perdagangan saham Rabu 17 Desember 2014. Akan tetapi, hal ini terjadi karena PT Multi Bintang Indonesia Tbk melakukan stock split (pemecahan nilai nominal saham) dengan rasio 1:100.  Nilai nominal yang saat ini berada di level Rp 1.000 per saham menjadi Rp 10 per saham pada awal November 2014.

2. Saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM)

Harga saham TRAM turun 81,19 persen menjadi Rp 299 per saham pada penutupan perdagangan saham Rabu 17 Desember 2014. Saham TRAM sempat sentuh level tertinggi Rp 1.900 per saham dan terendah Rp 200 per saham.

3. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Harga saham BUMI tergelincir 81 persen ke level Rp 57 secara year to date. Harga saham BUMI sempat sentuh berada di level tertinggi Rp 353 per saham dan terendah Rp 56 per saham.

4. Saham PT Eka Sari Lorena Transportasi Tbk (LRNA)

Saham LRNA merosot 77,78 persen menjadi Rp 200 per saham pada penutupan perdagangan saham Rabu 17 Desember 2014. Saham LRNA sempat sentuh di level tertinggi Rp 990 per saham dan terendah Rp 199 per saham.

5. Saham PT J Resources Asia Pacific Tbk (PSAB)

Perusahaan tambang ini mengalami penurunan saham mencapai 76,25 per saham. Harga saham PSAB melemah 76,25 persen ke level Rp 570 per saham. Saham PSAB sentuh level tertinggi Rp 5.925 dan terendah Rp 520 per saham sepanjang 2014. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.