Sukses

Cacing, Bisnis Menjijikkan Tapi Memberi Untung Selangit

Abdul Azis meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah setiap bulan dengan hanya berjualan cacing.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak orang, cacing hewan menjijikkan sehingga banyak yang tak ingin menyentuhnya. Tapi tak disangka, di bawah tangan dingin Abdul Azis Adam Maulida, hewan cacing bisa diolah menjadi sebuah lahan bisnis dengan keuntungan yang tak sedikit.

Bahkan, pria ini bisa meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah setiap bulan dengan hanya berjualan cacing. Berikut ini penuturan Abdul Azis tentang sepak terjangnya mengelola usaha cacing, seperti mengutip dari laman Studentpreneur, Kamis (18/12/2014):

 Awal mula bisnis

Abdul Azis memulai bisnisnya pada 2010. Tepatnya pada 27 April 2010, setelah dirinya memutuskan untuk keluar dari sebuah perusahaan di Jawa Timur.

Awalnya, dia mencoba mencari peruntungan di beberapa bisnis. Diantaranya membuka les privat untuk siswa SD, ternak sapi, ternak lele, jual beli kertas bekas dan lain-lain. Tapi semuanya kandas di tengah jalan karena dirinya kurang serius menjalani.

Perkenalan dengan cacing diawali ketika Abdul Azis mengikuti seminar belut di Komunitas GOBES (Gabungan Orang Belut Semarang). "Dari seminar tersebut saya baru tahu bahwa makanan belut adalah cacing," kata dia.

Usai seminar, dia pun memulai persiapan pembuatan kolam belut. Selanjutnya setelah semua persiapan selesai, dia memesan belut untuk pertama kalinya sekaligus cacing 10 kilogram (kg) sebagai pakannya.

Budidaya belut ternyata tidak semudah yang dibayangkannya. Beberapa kali diulang pemesanan bibit dan perbaikan perlakuan, tetap saja gagal. Akhirnya dia pun menyerah untuk melanjutkan budidaya belut.

Justru cacing yang tidak terlalu diperhatikan tetap berkembang meskipun tidak optimal. Dari peristiwa itulah mulai ada ketertarikan untuk mempelajari cacing.

"Semakin saya serius memberi perhatian ke cacing, semakin terlihat keunggulan dan kemudahan budidaya cacing. Pakan murah-berlimpah, perkembangan cepat, penyakit relatif tidak ada, perawatan mudah, harga jual yang cukup mahal serta prospek pasar yang sangat terbuka. Atas alasan tersebut saya memutuskan cacing sebagai pilihan bisnis," dia bertutur.

Menurut dia, besarnya potensi pasar cacing karena hewan ini dibutuhkan di berbagai bidang, seperti pertanian, perikanan maupun peternakan. Pabrik pakan, kosmetik, farmasi maupun pemancingan.

Kini, berapa penghasilan yang didapat dalam satu bulan?. Dia menuturkan

Harga cacing saat ini dipelanggan sekitar Rp 40.000 – Rp 60.000/ kg. dan Produksi RAJ Organik per hari rata-rata sekitar 300 kg. Insya Allah beberapa waktu mendatang dengan seiring perkembangan produksi mitra kita tergetkan produksi cacing minimal 2 ton/hari atau 60 ton/bln.

Tantangan
 
Abdul Azis mengaku secara umum, budidaya cacing relatif sangat mudah. Kesulitan-kesulitan yang dialami pembudidaya cacing umumnya mengatur ketersediaan pakan walaupun makanan cacing adalah limbah di sekitar.

"Masyarakat terbiasa dengan segala hal yang bersifat instan sehingga tidak siap untuk mengolah limbah menjadi makanan cacing, karena konsep bisnis cacing yang saya kembangkan adalah ekonomi kerakyatan, maka tantangan terbesarnya adalah bagaimana me-manage masyarakat supaya bisa bekerja secara professional, tersistem dan taat aturan," jelasnya.

Lebih lanjut, dia membagi tips kepada siapapun yang ingin berbisnis cacing. Tipsnya, untuk menghasilkan produk yang berkualitas perlu dibuat standar perawatan yang jelas, baik dalam hal pakan, tempat , waktu dan peningkatan teknologi perawatan. Untuk saat ini yang menjadi prioritas kualitas adalah jumlah produksi yang kontinyu.

"Dalam konsep saya, cacing kita posisikan sebagai hulu/ fondasi bisnis. Fokus kedepan bagaimana secara terus menerus kita akan mengembangakan bisnis baru dengan konsep BIO CYCLO FARMING, yang merupakan hilir dari system bisnis RAJ Organik. Hulunya cukup 1 saja, hilirnya yang tidak kami dibatasi," kara dia.

Sejauh ini dia pun mengaku tidak mengalami kesulitan berarti karena pada dasarnya budidaya cacing ini relatif mudah. Permasalahan yang sekarang menjadi prioritas penyelesaian di lapangan adalah bagaimana membina masyarakat yang menjadi mitra kami untuk bekerja secara profesional dan disiplin terhadap aturan yang telah disepakati bersama. (Nrm)

* Tulisan lengkap bisa dibaca di http://studentpreneur.co/



 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini