Sukses

Produk Barat yang Merugi di Rusia Akibat Hantaman Krisis

Volatilitas mata uang Rusia Rubel membuat perusahaan-perusahaan besar seperti IKEA, GM dan Apple menangguhkan pengembangan bisnis di Rusia.

Liputan6.com, London - Kemerosotan ekonomi di Rusia ternyata sudah berdampak kepada pendapatan perusahaan-perusahaan barat. Sebagian besar perusahaan tersebut kehilangan pendapatan karena penurunan permintaan di Negara Putin.

Dikutip dari CNN Money, Minggu (21/12/2014), hantaman krisis di Rusia cukup besar. Penurunan nilai tukar dan juga anjloknya harga minyak sangat merusak kepercayaan konsumen. Jika harga minyak gagal untuk bangkit, pertumbuhan ekonomi Rusia diperkirakan bakal menyusut hampir 5 persen di tahun depan.

Hal tersebut tentu saja menjadi berita buruk bagi beberapa perusahaan-perusahaan barat yang mempunyai pasar besar di Rusia.

Volatilitas mata uang Rusia Rubel membuat perusahaan-perusahaan besar seperti IKEA, GM dan Apple menangguhkan pengembangan bisnis di Rusia.

Berikut merek-merek barat yang mengalami penurunan pendapatan cukup besar akibat krisis Rusia:

Ford

Tahun ini merupakan tahun yang berat bagi produsen mobil yang menjajakan produknya di Rusia. Penjualan mobil di negara tersebut mengalami penurunan sebesar 12 persen.

Menurut data dari Association of European Businesses, Ford menjadi salah satu produsen yang terpukul. Penjualannya turun 40 persen dalam 11 bulan kemarin.

Produsen mobil dari Amerika tersebut terpaksa merumahkan 950 pekerjanya di perusahaan patungan yang didirikan di Rusia pada April kemarin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

Volkswagen

Volkswagen

Produsen otomotif besar dari Jerman, Volkswagen pun juga mengalami hal yang sama dengan Ford. Mereka menghentikan produksi selama 10 hari di pabrik yang ada di kota Kaluga, Rusia.

Penjualan WV di Rusia jatuh 20 persen pada bulan Januari hingga November kemarin, jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

3 dari 8 halaman

Carlsberg

Carlsberg

Produsen bir asal Denmark ini telah mengeluarkan laporan sementara yang berisi kemungkinan terjadinya penurunan laba pada tahun ini karena melambatnya permintaan dari RUsia. Volume pasar bir turun sebesar 7 persen dalam enam bulan pertama 2014 ini.

Carlsberg sangat menggantungkan penjualannya di Rusia. Pasalnya mereka adalah pemasok bir terbesar untuk merek lokal seperti Baltika. Saham Carlsberg mengalami penurunan 20 persen di tahun ini.

4 dari 8 halaman

Adidas

Adidas

Belanja konsumen yang melambat memaksa produsen perlengkapan olah raga asal Jerman ini menutup toko dan menunda ekspansi di Rusia. Adidas adalah salah satu merek ritel terbesar di Rusia dengan 1.100 toko.

Pada bulan lalu, Chief Executive Adidas, Herbert Hainer mengatakan bahwa kejatuhan mata uang rubel membuat bisnis mereka bermasalah.

5 dari 8 halaman

BP

BP

Runtuhnya harga minyak dan sanksi ekonomi untuk Rusia menjadi hantaman besar bagi BP. Pasalnya, perusahaan tersebut memiliki saham di Rosneft, perusahaan minyak terbesar di Rusia.

Rosneft telah kehilangan akses ke Amerika dan sumber-sumber keuangan di Eropa. Selain itu, layanan teknologi bagi Rosneft juga telah dibekukan.

6 dari 8 halaman

ExxonMobil

ExxonMobil

ExxonMobil yang bekerja sama dengan Rosneft di awal tahun ini telah menemukan sumber minyak di Arctic. Namun kerja sama tersebut tidak dapat diteruskan karena adanya sanksi ekonomi.

7 dari 8 halaman

McDonald

McDonald

Awal tahun ini, para pejabat Rusia telah memaksa perusahaan makanan cepat saji ini menutup 12 restoran mereka karena ada pelangaran sanitasi. Langkah tersebut dipandang bermotif politik.

Saat ini seluruh restoran tersebut telah dibuka namun McDOnald mengungkapkan bahwa krisis di Rusia sangat mempengaruhi penjualan mereka.

8 dari 8 halaman

Siemens

Siemens

Rusia merupakan pasar utama bagi perusahaan teknologi Siemens. Dengan adanya krisis di negara tersebut, penjualan mereka merosot tajam. Pendapatan Siemens turun sekitar 14 persen pada tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.