Sukses

Harga Minyak Reli Dipicu Data China dan AS

Data pertumbuhan ekonomi yang kuat juga memicu putaran pembelian komoditas seperti minyak.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia sedikit lebih tinggi di tengah tanda-tanda menguatnya permintaan di Amerika Serikat dan China, sebagai dua negara konsumen minyak terbesar di dunia.

Melansir laman Dow Jones, Rabu (24/12/2014), patokan minyak US West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari naik US$ 1,86 menjadi US$ 57,12 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara patokan minyak Eropa Brent untuk pengiriman Februari naik US$ 1,58 menjadi US$ 61,69 per barel di London.

Belanja konsumen AS naik lebih cepat dari yang diharapkan. Departemen Perdagangan mengatakan, ini menambah harapan bahwa penjualan bensin bisa naik. Data pertumbuhan ekonomi yang kuat juga memicu putaran pembelian komoditas.

Di Cina, konsumsi minyak mentah naik 717.000 barel per hari dari tahun lalu, menurut analis di JBC Energy.
Ini mnejadi kabar baik bagi produsen minyak, yang telah terpukul oleh penurunan harga minyak mentah sejak Juni.

"Ini jenis hal yang Anda harus dilihat untuk menyeimbangkan pasar," Anthony Lerner, Wakil Presiden Senior Komoditas Industri RJ O'Brien di New York.

Rally harga minyak meski Arab Saudi mengatakan OPEC tidak akan memangkas produksi bahkan jika harga minyak turun menjadi US$ 20 per barel.

"Apakah itu turun ke US$ 20 per barel, US$ 40, US$ 50, US$ 60, tidak relevan," kata Menteri Perminyakan Ali al-Naimi.

Naimi membela keputusan OPEC, produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi, pada bulan November untuk mempertahankan pagu produksi 30 juta barel per hari.

Keputusan ini membuat harga minyak mentah global jatuh, memperburuk penurunan harga minyak yang jatuh sekitar 50 persen sejak Juni.(Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.