Sukses

Industri Karet Alam Kembali Sumringah Tahun Depan

Prospek cerah bagi industri dipicu kenaikan permintaan China yang telah terjadi sejak tahun ini.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Industri karet alam diprediksi membaik tahun depan. Hal ini didukung meningkatnya permintaan dari negara-negara konsumen di tengah pasokan yang rendah, menurut Direktur Jenderal Malaysia Rubber Board (MRB) Datuk Dr Salmiah Ahmad.

Dia mengatakan prospek cerah bagi industri dipicu kenaikan permintaan China yang telah terjadi sejak tahun ini.
"Ini berarti permintaan akan melebihi pasokan dunia dari karet alam," katanya melansir laman Bernama, Minggu (28/12/2014).

Sebuah laporan Dana Moneter mengatakan permintaan global untuk karet alam akan meningkat 5,3 persen pada 2014 dan 2015.

The International Rubber Study Group melaporkan pasokan karet alam turun menjadi 2,5 juta ton pada Juni dari 3.060.000 ton yang terdaftar di bulan yang sama tahun lalu. "Oleh karena itu, MRB memperkirakan harga karet lebih kuat tahun depan," tambah dia.

Dia mengatakan negara-negara penghasil karet utama telah mengambil langkah-langkah untuk mengontrol setiap penurunan lebih lanjut pada harga karet.

"The International Tripartite Rubber Council (ITRC) anggota berkumpul pada bulan November untuk mengatasi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi oleh produsen karet, terutama untuk menopang harga komoditas," kata Salmiah.

Pada Pertemuan ITRC Komite Menteri tahun ini, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam menunjukkan minat dalam agenda ITRC untuk memperkuat harga karet alam agar saling menguntungkan.

Malaysia, Indonesia dan Thailand  memproduksi 67 persen karet alam global. Sementara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam baru sebesar 13 persen. "Negara-negara ini sangat sensitif terhadap penurunan harga karet petani menerima dampak maksimum," tambah dia.

Tentang dampak harga minyak pada industri, Salmiah mencatat bahwa selama bertahun-tahun, korelasi antara berbasis karet-produk dan minyak mentah telah diminimalkan.

"Akan ada dampak minimal pada harga karet disebabkan oleh harga minyak mentah dunia sebagai korelasi antara kedua komoditas telah berkurang karena pengganti yang digunakan dalam produk berbasis karet. (Nrm)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini