Sukses

Defisit Perdagangan November Picu IHSG Turun 22 Poin

Aksi jual pelaku pasar asing mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir 22,77 poin ke level 5.219,99 pada Senin pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan ini, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan. Hal itu didorong respons negatif pelaku pasar terhadap data neraca perdagangan Indonesia masih defisit.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (5/1/2015), IHSG melemah 22,77 poin (0,43 persen) ke level 5.219,99. Indeks saham LQ45 turun 0,54 persen ke level 898,27. Seluruh indeks saham acuan melemah pada hari ini.

Sejak awal perdagangan saham, IHSG sudah melemah dengan dibuka turun 13 poin ke level 5.229,68. IHSG berada di level tertinggi 5.233,66 dan terendah 5.206,28. Ada sebanyak 107 saham yang menghijau pada hari ini sehingga menahan pelemahan IHSG. Akan tetapi, 179 saham berada di zona merah sehingga IHSG terus tertekan. Sedangkan 94 saham lainnya di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham hari ini sekitar 223.001 kali dengan volume perdagangan saham 6,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 5,4 triliun. Secara sektoral, sebagian sektor saham melemah kecuali sektor saham consumer goods naik 0,54 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 200 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 100 miliar. Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham pada hari ini antara lain saham TRAM naik 24,64 persen ke level Rp 263 per saham, saham RAJA mendaki 6,6 persen ke level Rp 1.535 per saham, dan saham CTRA menguat 4,92 persen ke level Rp 1.385 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham ADHI turun 4,34 persen ke level Rp 3.420 per saham, saham WSKT merosot 4,1 persen ke level Rp 1.405 per saham, dan saham UNTR turun 2,46 persen ke level Rp 16.875 per saham.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan, pelaku pasar belum merespons negatif rilis data makro ekonomi Indonesia pada perdagangan saham perdana di tahun 2015 pada akhir pekan lalu. Pelaku pasar khawatir terhadap neraca perdagangan Indonesia yang cukup besar mencapai US$  0,42 miliar pada November 2014.

"Pelaku pasar khawatir kalau Jokowi memang mendorong kerja,kerja, kerja tapi tidak terlalu memperhatikan defisit perdagangan," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com.

Selain data makro ekonomi, Satrio menilai, bursa saham regional cenderung tertekan ditambah harga minyak kembali melemah juga beri sentimen negatif ke IHSG. Hal itu mendorong investor asing kembali melakukan aksi jual di awal pekan ini.

Meski demikian, Satrio menilai, tekanan IHSG ini hanya sementara saja. "Bila IHSG ditutup di bawah support 5.226 maka bisa turun ke level 5.215," ujar Satrio.

Bursa saham Asia cenderung variatif hari ini. Indeks saham Jepang Nikkei turun 0,2 persen, indeks saham Korea Selatan melemah 0,5 persen, dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,4 persen.

Sementara itu, indeks saham Hong Kong menguat 0,5 persen, indeks saham Shanghai mendaki 3,2 persen, indeks saham Sydney mendaki 0,3 persen, dan indeks saham Mumbai menanjak 0,3 persen. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini