Sukses

Rupiah Merosot, Pemerintah Dilarang Salahkan Yunani

Wakil Ketua MPR Oesman Sapta meminta pemerintah membangun sektor riil dan meningkatkan ekspor untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai nilai tukar Rupiah merosot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini diakibatkan polemik yang tengah terjadi di Yunani.

Wakil Ketua MPR Oesman Sapta meminta agar pemerintah tidak menjadikan Yunani sebagai kambing hitam.  "Jangan cari kambing hitam. Jangan ada spekulasi mentang-mentang itu isu ekonomi. Jangan yang (isu) luar, di bawa ke dalam. Masalah ekonomi harus diatasi dengan peran ekonomi dalam negeri," ujar Oesman saat berbincang dengan Liputan6.com, di Kalimantan Barat, Kamis (8/1/2015).

Oesman pun menganjurkan agar pemerintah segera mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Anggota DPD Kalimantan Barat itu juga meminta penguatan ekspor dilakukan, sebagai salah satu solusi.

"Bangun sektor riil dan tingkatkan ekspor itu akan ada dampak positif dengan situasi sebelumnya," imbuhnya.

"Kita harus orientasi dengan ekspor supaya dapat devisa, jangan impor. Pasar Asia sekarang ini kita harus hati-hati. Jangan barang dari negara-negara Asia lainnya masuk saja, lalu kita beli. Kita juga perlu dan harus jual barang kita," tegas Oesman.

Pelemahan rupiah di awal Januari 2015 tersebut dikatakan pemerintah lebih disebabkan faktor eksternal. Selain ekonomi AS yang terus pulih juga dipengaruhi kekhawatiran investor terhadap kondisi di Yunani.

"Terutama kemarin gara-gara Yunani itu, partai kiri yang kelihatan votingnya di Yunani menakutkan orang, karena mempengaruhi restrukturisasi ekonomi Uni Eropa, jadi terganggu," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil di Istana Kepresidenan.

Tidak hanya Sofyan yang menyebutkan Yunani sebagai salah satu faktor pemicu rupiah melemah, melainkan juga Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro.

"Ya karena itu pengaruh dari Eropa, Yunani. Ini pengaruh global, kalau dolar sudah menguat, semua akan kena imbasnya," ungkap Bambang. (Silvanus A/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini