Sukses

Harga Minyak Turun, Ekonomi Asia Tak Nikmati Untung Besar?

Faktanya, penurunan harga minyak tidak berhasil melambatkan aliran dana keluar atau meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia

Liputan6.com, New York - Harga minyak yang merosot tajam saat ini dipercaya para analis dapat berdampak positif bagi perekonomian di sebagian besar negara Asia yang berperan sebagai importir minyak.

Faktanya, penurunan harga minyak tidak berhasil melambatkan aliran dana keluar atau meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.

Mengutip laman CNBC, Senin (12/1/2015), selama sepekan terakhir, para investor asing telah menarik dana sekitar US$ 2,16 miliar ke luar dari kawasan Asia Pasifik dan fokus pada perdagangan saham. Kondisi tersebut tetap terjadi di tengah penurunan harga minyak yang menyentuh level terendah sejak April 2009.

Kemerosotan harga minyak juga telah terjadi selama tujuh pekan berturut-turut. Selama ini, penurunan harga minyak selalu dianggap positif bagi perekonomian Asia di mana sebagian besar negara di kawasan tersebut berperan sebagai importir.

"Ini memang menguntungkan bagi Asia. Tapi manfaatnya tidak dapat dirasakan secara langsung seperti yang banyak dipikirkan para pelaku pasar," ungkap Chief Investment Officer untuk Pasicif Basin, AllianceBernstein, Stuart Rae.

Dia juga mencontohkan kebijakan subsidi minyak di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mampu memangkas subsidi minyaknya dan menghemat sekitar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Sebagian dari hasil penghematan subsidi itu akan digunakan untuk mengembangkan infrastruktur. "Tapi bagi para konsumen, mereka tidak melihat keuntungan tersebut," ujar Rae.

HSBC juga mencatat bahwa rendahnya harga minyak dan harga komoditas lain tidak seluruhnya menguntungkan bagi perekonomian ASia. Para analis di HSBC juga menyebutkan jatuhnya harga minyak tidak akan membantu menguatkan saham para importir minyak di Asia.

"Sementara harga minyak mentah membantu sebagian negara Asia, tapi tidak dengan Australia dan Selandia Baru. Pengeluaran modal di sektor energi juga masih berada di bawah tekanan," seperti tertera dalam laporan HSBC.

Pihaknya juga menjelaskan, Asia merupakan importir minyak besar, tapi sektor energi dan materian hanya bernilai sekitar 15 persen dari seluruh pendapatan. Sementara bagi sektor lain, dampak positif dirasakan pada total pendapatan yang lebih tinggi. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini