Sukses

Ganjar Pranowo Ajak Anak Muda Geluti Sektor Pertanian

Gubernur Jawa Tenga, Ganjar Pranowo mendorong penggunaan teknologi pertanian modern untuk mendukung sektor pertanian.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebut jika anak muda lebih memilih bekerja di sektor industri daripada di sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.  Pilihan pemuda yang tinggal di pedesaan memandang jika sektor pertanian tidaklah pilihan hidup.

Oleh karena itu sektor pertanian perlu dikelola dengan baik. Salah satunya dengan mengembalikan SDM potensial yaitu anak muda agar mau mengeluti sektor pertanian.

Dengan keberhasilan SDM itu dapat membuktikan dunia pertanian bisa menjadi sumber pendapatan dengan cara yang masa kini.
Untuk mendorong hal tersebut dengan memberi bantuan teknologi pertanian terbaru seperti traktor. Sehingga pengelolaan pertanian secara modern dapat menarik minat anak muda.

"Masak anak muda disuruh nyangkul, harus modern mekanismenya, kita kasih traktor agar mereka mau bekerja pada sektor pertanian nah kita akan beri bantuan traktor. Nanti akhir Januari ini, tanggal 25, kita (Jateng) akan diberi 3.000 traktor dari Kementerian (Pertanian). SDM di sektor pertanian ada berapa ? Kita gerakan yang ada itu dengan teknologi modern, traktor salah satunya," kata Ganjar dalam Workshop 'Rencana Aksi Pelaksanaan Integrated Farming Sistem di Kawasan Hutan bersama Kementerian Lingkungan Hidup, dan Dirjen Kementrian Pertanian di Kampus UGM Yogyakarta Jum'at (16/1/2015).

Ganjar menyebut, jika ajakannya dapat mengubah paradigma anak muda di wilayahnya. Dengan bantuan dari pemerintah pusat itu nantinya dapat banyak anak muda mau ke sektor pertanian.

"Pertanian itu engak seksi, ga menarik engak ada pemuda yang mau jadi petani. Mereka maunya jadi gubernur daripada jadi petani. Dengan bantuan UGM anak muda bisa pilih tani jadi pilihan," tutur Ganjar.

Provinsi Jawa Tengah lanjut Ganjar tahun 2014 lalu sudah surplus beras hingga tiga juta ton. Sementara tahun 2015 ini, pihaknya menargetkan surplus beras menjadi 5 juta ton.

Dengan adanya anak muda di sektor pertanian diharapkan bisa menutup kekurangan wilayah lain yang belum surplus beras. Sehingga bisa mewujudkan kebijakan pemerintah tak lagi mengimpor beras.

"Kita (Jateng) sudah surplus, tapi bicara nasional belum. Kalau bisa di level Asia Tengara ini, kita (Indonesia) sudah surplus beras, sehingga tidak ada kebijakan impor beras. Saya salut kepada pak Jokowi saat ditawari preaiden Vietnam untuk mengimpor beras pak Jokowi masih pegang tak impor beras," jelasnya. (Fathi Mahmud/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.