Sukses

Harga BBM Naik Turun, Pengusaha SPBU Merugi

Pengusaha SPBU mengaku merugi akibat pemberlakukan harga baru bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mulai 19 Januari 2015.

Liputan6.com, Pekanbaru - Pemerintah memutuskan menurunkan kembali harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Premium dan Solar turun membuat sejumlah pedagang eceran menutup lapaknya. Selain itu, pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Pekanbaru pun mengaku pasrah menerima harga baru meski merugi.

"Apa boleh buat, ini sebagian risiko dari pengusaha SPBU yang mau tidak mau harus diterima dengan lapang dada," ungkap J Sihombing, manager salah satu SPBU di Jalan Lintas Timur, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, yang ditulis Selasa (20/1/2015).

Sihombing menuturkan, pihaknya membeli harga BBM dengan patokan Rp 7.600 per liter untuk premium. Menjelang diberlakukannya harga baru, stok BBM di SPBU miliknya masih tersedia.

"Tidak mungkin kami tutup. Mau dijual kemana barang yang sudah dibeli kalau tidak ke masyarakat. Dengan kondisi begini, terpaksa merugilah," imbuhnya pasrah.

Tak hanya itu, sejumlah kios pengeceran di Pekanbaru mendadak tutup dengan diberlakukannya harga BBM baru. Pantauan di beberapa lokasi, hanya botol literan BBM tapi isinya tak ada.

Kondisi ini terlihat di di Jalan Bukit Barisan, Jalan Setia Maharaja Tengkerang dan lainnya. "Kami sementara tak menjual bensin dan solar eceran, karena penurunan pertama lalu kami telah merugi," beber Rini, seorang pedagang BBM eceran di Tengkerang, Pekanbaru.

Fadil, seorang warga Pekanbaru yang antri BBM memuji keputusan pemerintah menurunkan harga BBM. Dia juga mengharapkan pemerintah mengontrol harga sembako.

"Saya mewakili masyarakat bangga dengan pemerintah. Disamping itu, saya mengharapkan ada keseimbangan penurunan harga BBM dengan harga sembako," harapnya. (M Syukur/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini