Sukses

Produksi Irak Cetak Rekor, Harga Minyak Makin Tertekan

Harga minyak mentah dunia makin tertekan seiring Irak mencetak rekor produksi minyak dan prospek ekonomi global yang suram.

Liputan6.com, London - Harga minyak mentah dunia makin tertekan di perdagangan awal pekan ini setelah prospek ekonomi global suram dan Irak mengumumkan rekor produksi minyak.

Harga minyak mentah Brent melemah US$ 1,33 menjadi US$ 48,84 per barel. Hal ini diikuti harga minyak mentah patokan Amerika Serikat (AS) turun US$ 1,17 menjadi US$ 47,52 per barel.

Volume perdagangan hari ini juga cenderung tipis. Transaksi perdagangan minyak, emas dan surat utang tetap ada, sementara bursa saham Amerika Serikat (AS) libur memperingati hari Martin Luther King Jr.

Sentimen negatif datang dari China. Biro Statistik Nasional China melaporkan harga rumah turun berturut-turut dalam bulan keempat. China juga diperkirakan melaporkan perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi 7,2 persen. Padahal China sebagai konsumen energi terbesar di dunia, dan kini menghadapi tekanan signifikan terhadap ekonomi. Hal itu juga disampaikan oleh Perdana Menteri China Li Keqiang.

Selain itu, Irak juga menyentuh rekor produksi minyak yang mencapai 4 juta barel per hari pada Desember. Menteri perminyakan Irak Adel Abdel Mehdi menuturkan, produksi naik seiring terminal dari Selatan dan pasokan dari Utara melonjak.

Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan telah berdiskusi dengan anggota lain dari kelompok produsen OPEC untuk menghentikan harga minyak terus merosot. Namun Teheran tidak memiliki rencana menggelar rapat darurat untuk membahas harga.

"Bahkan jika harga minyak turun ke US$ 25 per barel, industri minyak tak akan terancam," kata Zanganeh, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (20/1/2015).

Harga minyak dunia turun tajam sejak Juni 2014 seiring produksi minyak dunia melonjak sementara pertumbuhan permintaan melambat. Meski Badan Energi Internasional menyatakan, harga minyak dapat kembali berbalik arah pada 2015 tetapi, sisi lain harga minyak bisa kembali jatuh sebelum naik.

"Masih ada pasokan lebih dari permintaan, sehingga itu situasi yang tidak akan berubah hanya dalam beberapa minggu," ujar Hans van Cleef, Ekonom ABN Amro. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini