Sukses

Maskapai Pusing Kekurangan Tempat Parkir Pesawat

Kehadiran ratusan pesawat dari pesanan maskapai tidak diimbangi dengan infrastruktur termasuk lahan parkir pesawat di bandar udara.

Liputan6.com, Jakarta - Melongok pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didominasi masyarakat kelas menengah memacu pesatnya perkembangan industri penerbangan nasional. Pesawat-pesawat baru pun dipesan maskapai penerbangan guna memenuhi target okupansi penumpang dan pendapatan.

Sayangnya, kehadiran puluhan bahkan ratusan pesawat anyar ini tidak diiringi dengan infrastruktur utama dan pendukung yang memadai, termasuk lahan parkir pesawat di bandar udara.

Demikian disampaikan Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo di Jakarta, Minggu (25/1/2015). "Armada baru dipesan langsung dari pabrikannya di luar negeri. Itu nggak ada bantuan sama sekali dari pemerintah, maskapai jalan sendiri," paparnya.

Namun pesawat terbang tentu dapat melayani penumpang apabila infrastrukturnya terbangun dan memadai, seperti bandara, navigasi, dan pendukung lain. Sehingga ekonomi di setiap daerah bertumbuh mencapai 12 kali lipat.

Sebagai contoh, kata Sudaryatmo, pembangunan landasan pacu atau runway ketiga di Bandara Soekarno Hatta masih terhadang pembebasan lahan.

"Banyak pesawat datang, tapi mau parkir saja sulit. Bikin amburadul karena nggak ada tempat buat parkir. Juga termasuk di udara, setengah mati padatnya lalu lintas pesawat terbang sehingga ini berakibat kurang baik," jelas dia.

Senada, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menuturkan pemerintah berkeinginan agar semakin banyak bandara di Indonesia yang beroperasi 24 jam. Namun operator penerbangan bakal dibuat pusing karena kurangnya lahan parkir di bandara.

"Operator penerbangan banyak menambah pesawat-pesawat baru, tapi mereka akan pusing nggak bisa markir pesawatnya. Kalaupun dapat (lahan parkir) makin banyak charging untuk airline, sehingga membuat penerbangan jadi nggak sehat," pungkas Agus. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.