Sukses

Tarif Batas Bawah Bikin Masyarakat Kehilangan Akses Penerbangan

Penetapan tarif bawah ini akan merusak persaingan pasar bisnis penerbangan di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Langkah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menetapkan tarif batas bawah tiket penerbangan sebesar 40 persen dari tarif batas atas dinilai sebagai langkah yang salah.

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan penetapan tarif bawah ini akan merusak persaingan pasar bisnis penerbangan di Indonesia.

"Pak Jonan (Menteri Perhubungan) juga  mengatakan ini untuk melindungi maskapai kecil. Perlindungan itu jangan diharga, karena ini akan merusak persiangan pasar," ujarnya di Kantor KPPU, Jakarta, Senin (26/1/2015).

Menurutnya, jika ingin melindungi maskapai kecil, seharusnya pemerintah membenahi permasalahan yang selama ini menjadi beban biaya bagi para maskapai seperti mahalnya harga avtur.

"Bisa dibuat pada kegiatan lain seperti misalnya soal avtur. Harga avtur di Indonesia ini kanjauh lebih mahal dibanding negara lain. Itu yang perlu dibereskan karena pengaruh ke harga cukup besar," lanjut dia.

Sementara itu, Ketua KPPU Nawir Messi mengatakan jika berbicara mengenai persaingan usaha, tidak ada aturan yang mengatur soal penetapan tarif, kecuali untuk sektor industri yang dinilai penting bagi hajat hidup orang banyak.

"Kalau kita menganut asas persaingan usaha, tidak ada yang namanya batas bawah kecuali industri yang urgent. Itu pun perlindungannya hanya sesaat bukan permanen," jelasnya.

Menurut Messi, dampak buruk dari penetapan tarif batas bawah ini yaitu masyarakat menengah ke bawah akan kehilangan akses untuk bisa menggunakan jasa maskapai serta akan berpengaruh luas terhadap sektor bisnis lain seperti pariwisata yang juga mengandalkan jasa transportasi udara.

"Dengan kenaikan harga tiket ini akan menghilangkan akses beberapa juta orang yang biasanya naik pesawat jadi tidak bisa naik pesawat. Juga akan berdampak pada sektor ekonomi lain seperti pariwisata, hotel dan lain-lain, terutama pariwisata domestik yang jadi tonggak pariwisata nasional," tandasnya.(Dny/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini