Sukses

Freeport Akui Selalu Gagal Capai Target Produksi

Freeport mengaku tidak pernah mencapai target produksi bijih tembaga yang ditetapkan pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsuddin mengaku tidak pernah mencapai target dalam mengeruk bijih tembaga yang ditetapkan pemerintah.

Sejak beroperasi di Papua pada 1973, perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu hanya mampu memproduksi bijih tembaga sebanyak 4.000 ton per hari.

"Awal mulanya operasional PT Freeport Indonesia, bijih yang diproduksi pada tahun 1973 sekitar 4.000 ton per hari, kemudian pada 1974 naik 7.000 ton dan seterusnya," kata Maroef saat hadir dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (27/1/2015).

Kemudian dari 1992 sampai 2013 produksi biji tembaga Freport mencapai 170 ribu ton per hari. Sedangkan perusahaan menargetkan produksi bijih tembaga mencapai 300 ribu ton per hari, namun produksi tersebut tidak pernah tercapai.

"Dari angka ini, Freeport belum pernah memenuhi 300 ribu ton perhari," ungkapnya.

Menurut Maroef, saat ini perusahaan tambang asal AS tersebut sedang mengembangkan pertambangan bawah tanah. Dari 2004 sampai 2013 investasi pengembangan tambang bawah tanah mencapai US$ 4 miliar. Investasi tersebut akan meningkat mencapai US$ 15 miliar jika kontrak Freeport diperpanjang setelah babis masanya pada 2021.

"Pembangunan open pit US$ 6 miliar, untuk underground 2004-2013 nilainya US$ 4 miliar. Proyeksi ke depan mengembangkan underground akan datang US$ 15 miliar, ini di Papua," pungkasnya. (Pew/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.