Sukses

Jokowi Bidik Investasi Rp 519 Triliun, Ini Jurus BKPM

BKPM tetap berupaya menarik investasi dari negara Amerika Serikat (AS), ASEAN, Jepang, China, Uni Eropa dan Korea Selatan.

Liputan6.com, Jakarta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memasang target investasi sebesar Rp 519,5 triliun atau meningkat lebih dari 14 persen dibanding realisasi investasi senilai Rp 456,6 triliun di 2014. Pertumbuhan ini optimistis tercapai meski ada ketidakpastian ekonomi global yang akan berdampak terhadap negara berkembang, terutama Indonesia.

Kepala BKPM, Franky Sibarani menyatakan, target investasi sebesar Rp 519,5 triliun terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 175,8 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 343,7 triliun.

"Target itu diharapkan dari industri pimer prioritas, seperti peternakan, perkebunan, kehutanan, perikanan, tanaman pangan senilai Rp 97,6 triliun. Industri sekunder dari manufakturing dan hilirisasi senilai Rp 211,9 triliun serta industri dan jasa, perdagangan, telekomunikasi, transportasi senilai Rp 147,1 triliun," ujar dia dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi di kantornya, Jakarta, Rabu (28/1/2015).

Dijelaskan Franky, pihaknya akan mengejar proyeksi investasi sebesar Rp 519,5 triliun dengan mengandalkan beberapa fokus strategi. Lanjutnya, pertama, BKPM tetap fokus pada sektor-sektor penting dalam mencapai target investasi tahun ini, seperti sektor kelistrikan, pertanian, maritim, industri padat karya dan industri yang berorientasi pada ekspor serta industri substitusi impor.

"Strategi kedua, menyelesaikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat dan mencari solusi atas masalah atau hambatan perusahaan PMA dan PMDN yang sudah dikerjakan dari waktu ke waktu, supaya 95 proyek di 25 provinsi bisa dipercepat realisasinya di 2015," tegas dia.

Terobosan ketiga, sambungnya, BKPM tetap berupaya menarik investasi dari negara Amerika Serikat (AS), ASEAN, Jepang, China, Uni Eropa dan Korea Selatan.

"Kita akan membidik negara-negara tersebut walaupun kita tahu Jepang dan China sedang mengalami perlambatan ekonomi. Sebab Negara Asia dan AS diperkirakan akan menjadi penggerak pertumbuhan dunia di tahun ini," pungkas Franky. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini