Sukses

2 PLTA di Jabar Bakal Rampung pada Era Jokowi

Dua PLTA yang berada di Jawa Barat yaitu PLTA Cisokan dan PLTA Jati Gede akan beroperasi pada era pemerintahan Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah optimistis dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang berada di Jawa Barat yaitu PLTA Cisokan dan PLTA Jati Gede akan beroperasi pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)

Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan, Alihudin Sitompul menyebutkan PLTA  Cisokan dapat beroperasi pada tahun 2018 sedangkan PLTA Jati Gede pada 2019 .

Alihudin menuturkan, saat ini proyek PLTA Cisokan dengan kapasitas 4x260 megawatt (MW) tersebut sudah dalam tahap konstruksi.

"Pembebasan lahan sudah rampung, sambil jalan, jika konstruksi memakan waktu tiga tahun berarti tahun 2018 mulai beroperasi,"kata dia

Sementara untuk pendanaan, sambungnya, sejauh ini World Bank selaku pihak yang memberikan pendanaan masih berkomitmen memberikan pinjaman. Berdasarkan data PLN pembangunan PLTA Upper Cisokan menelan anggaran sebesar US$ 765 juta dengan rincian US$ 638 juta dari bantuan World Bank, US$ 20 juta dari pemerintah pusat, dan US$ 107 juta dari PT PLN.

Luas lahan yang akan tergenang mencapai 804,64 hektare (ha). Di Kec. Rongga ada tiga desa yang bakal terendam air, yaitu Desa Bojongsalam, Sukaresmi, dan Desa Cicadas. Sedangkan daerah tergenang di Kab. Cianjur meliputi Kec. Cibeber dan Kec. Bojongpicung.

Tujuan pembangunan PLTA Upper Cisokan untuk menambah daya listrik dalam memenuhi permintaan akan kebutuhan tenaga listrik pada sistem kelistrikan Jawa-Bali, terutama pada saat beban puncak. PLTA ini mampu menghasilkan listrik sebesar 1.040 MW.

Sistem pumped store upper ini merupakan yang pertama dibangun di Indonesia. Mekanisme kerja pumped storage dengan cara menyimpan energi pada saat beban dasar untuk menyediakan kapasitas yang andal pada beban puncak. Caranya dengan memompa air dari waduk hilir ke waduk hulu sebagai penyimpan energi.

PLTA Jati Gede

Sementara untuk PLTA Jati Gede, Alihudin menargetkan proyek itu bisa rampung pada 2019. "Saat ini sudah dalam tahap lelang desain, mulai konstruksi tahun depan" jelasnya.

Kendati mengalami kemunduran waktu pengoperasian menjadi tahun 2019, namun menurut dia kemunduran tersebut tidak terlalu signifikan. "Yang penting jadi, uang sudah ada, hanya waktu saja," tambahnya.

Namun, Dia menjelaskan, yang dapat menjadi kendala adalah penggenangan waduk Jatigede. "PLTA itu kan tergantung penggenangan, kalau tidak digenangi darimana airnya, itu tergantung Kementerian Pekerjaan Umum,"pungkas Alihudin.

PLTA Jatigede, Sumedang sejatinya telah dirintis pada tahun 1970, dengan tujuan bisa mengirigasi 90 ribu ha areal persawahan, menghindari banjir di daerah yang rentan seperti Indramayu dan Cirebon.

Di samping itu, juga dapat menyuplai air baku untuk minum 3.500 liter perdetik, dan menghasilkan listrik 110 MW, meski demikian untuk menghasilkan listrik secara keseluruhan masih ditangani PLN.

Pada mulanya program pembangunan waduk Jati Gede adalah sepuluh tahun, namun pelaksanaannya dipercepat sehingga hanya memakan waktu enam tahun, dengan pendanaan berasal dari dua sumber yaitu pinjaman dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) China dengan nilai US$ 144,067 juta sedangkan sisanya berasal dari pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Nilai total kontrak proyek ini adalah US$ 239,573 dengan kontraktor dari Indonesia yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya dan PT PP bersama China Sinohydro Corp. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini