Sukses

Rakyat Kebanjiran Uang, Harga Barang di Hungaria Naik Gila-Gilaan

Harga-harga barang dan kebutuhan pokok di Hungaria naik dua kali lipat setiap 15 jam sekali.

Liputan6.com, Budapest - Setiap rakyat di berbagai negara pasti mengharapkan harga barang dan kebutuhan pokok yang terjangkau. Sayangnya, hal itu tidak dirasakan rakyat Hungaria yang hidup pada periode Agustus 1945 hingga Juli 1946.

Kala itu, ekonomi Hungaria benar-benar hancur berantakan akibat Perang Dunia ke-II. Sebagai salah satu negara yang menjadi zona perang, 40 persen cadangan uang dan modal belanja negara habis lantaran konflik tersebut.

Sebelum perang terjadi, Hungaria juga sudah terjerat utang dalam jumlah tinggi guna mendukung Jerman dalam perang dunia tersebut. Sayangnya, Jerman tak pernah membayar seluruh utangnya pada Hungaria yang membuat negara tersebut semakin terpuruk dalam jurang pinjaman yang tak kunjung habis.

Usai perang, Hungaria mengalami tingkat inflasi yang luar biasa mengerikan. Tingkat inflasi per hari tercatat mencapai 207 persen.

Lantaran itu, harga-harga barang dan kebutuhan pokok di Hungaria naik dua kali lipat setiap 15 jam sekali. Bagaimana kehidupan rakyat dan ekonomi Hungaria yang terbilang mengerikan kala itu?

Berikut ulasan singkatnya seperti dikutip dari Business Insider, Global Financial Data dan Economic Journal serta sejumlah sumber lain, Senin (2/2/2015):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Industri Hungaria Hancur

Industri Hungaria Hancur

Hungaria merupakan salah satu negara yang mengalami kehancuran terparah pada Perang Dunia ke-II yang berlangsung hingga 1944. Kala itu, Hungaria menjadi lokasi perang antara Rusia dan Jerman.

Akibatnya, setengah kapasitas industri Hungaria hancur dan 90 persen lainnya rusak parah. Transportasi juga sulit diperoleh karena kebanyakan jalur kereta api, jalan raya dan lokomotif rusak parah.

Harga-harga mulai naik di Hungaria setelah perang lantasan kapasitas produksi yang hancur akibat perang. Tanpa pajak, pemerintah Hungaria memutuskan untuk menstimulasi ekonomi dengan mencetak banyak uang.

Padahal sejumlah bankir di bank sentral Hungaria sudah mengingatkan pemerintah untuk tidak mencetak terlalu banyak uang. Tapi karena dorongan politik, pemerintah tutup telinga dan terus memproduksi banyak uang.

Pemerintah Hungaria juga meminjam uang ke banyak bank dengan suku bunga rendah. Pemerintah juga meminjam uang pada sejumlah perusahaan.

3 dari 4 halaman

Negara banjir uang

Negara banjir uang

Pemerintah merekrut pekerja secara langsung. Lalu mereka menyediakan pinjaman pada para konsumen dan memberikan uang langsung pada banyak orang.

Secara umum, pemerintah membanjiri negara dengan uang agar perekonomian bergerak kembali. Untuk melihat betapa banyaknya uang yang dicetak pemerintah, sirkulasi uang pada Juli 1945 masih berjumlah 25 miliar pengo.

Tapi sirkulasi uang di Hungaria meningkat fantastis sebesar 1.646 triliun pengo pada Januari 1946 menjadi 65 juta miliar pengo(quadrilion). Bahkan uang di Hungaria meningkat hingga 47 triliun triliun (47 septitriliun) lima bulan kemudian.

4 dari 4 halaman

Harga-harga melesat naik

Harga-harga melesat naik

Akibat tingginya sirkulasi uang di Hungaria saat itu, harga-harga mulai melesat naik tak masuk akal. Tingkat inflasi per hari mencapai 207 persen.

Kala itu, harga naik hingga 150 ribu persen per hari. Bayangkan saja, suatu barang yang dijual seharga 379 pengo pada September 1945, naik hingga 72.330 pengo pada Januari 1946.

Harganya terus naik menjadi 453.886 pada Februari, lantas meningkat menjadi 1.872.910 pada Maret, dan 35.790.276 pada April. Lebih mengejutkan dari itu, harga barang yang dijual seharga 379 pengo itu naik hingga menjadi 1 triliun triliun pengo pada Juli.

Kondisi inflasi itu tentu saja kacau balau dan sangat menantang. Tentu saja, pemerintah Hungaria terbukti salah langkah dalam mengurangi inflasi.

Namun kemudian pemerintah Hungaria mengambil langkah lain dengan mematok pajak tinggi dan mengeluarkan pecahan mata uang baru guna mengurangi pasokan uang di tengah masyarakat. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini