Sukses

Diisukan Merger dengan BNI, Ini Komentar Bos Bank Mandiri

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Budi Gunadi Sadikin menuturkan, pihaknya belum mau memikirkan rencana penggabungan bank dengan BNI.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Budi Gunadi Sadikin menyatakan, pihaknya belum mau memikirkan rencana penggabungan bank yang dipimpinnya dengan PT Bank Negara Indonesia (BNI).

Menurut Budi, pihaknya saat ini tengah sibuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengumpulkan modal untuk menopang kinerja tersebut.

"Kendalanya, makin banyak ditanya nggak kerja-kerja. Mending kumpulkan modal kredit untuk bangun infrastruktur," ujar Budi dalam konferensi pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (11/2/2015).

Sebelumnya, saat menghadiri The Economist Events’ Indonesia Summit in Jakarta di Hotel Shangri La, Budi mengatakan bahwa untuk rencana merger tersebut harus diputuskan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemilik saham terbesar bank plat merah tersebut.

"Saya belum tahu, itu porsinya Ibu Menteri (Rini Soemarno)," kata dia.

Sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno menuturkan, penggabungan (merger) dua bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk masih perlu dibahas lebih dalam. Sejumlah strategi terus diupayakan mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah berada di depan mata. Dia berharap bank di Tanah Air tidak tergilas oleh keberadaan bank asing.

Rencana penggabungan bank santer terdengar. Rencana tersebut digulirkan oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dengan harapan bank Tanah Air mampu bersaing dengan bank ASEAN. Namun, lanjut Menkeu, kendati digabung dua bank tersebut belum mampu bersaing dengan Bank DBS asal Singapura.

Sekadar informasi, hingga akhir tahun lalu PT Bank Mandiri Tbk mencatat total aset senilai Rp 855 triliun, sedangkan total aset BNI pada 2014 sebesar Rp 416,6 triliun . Jika kedua bank itu digabung, total asetnya mencapai Rp 1.271,6 triliun. Sedangkan DBS saat ini mencatat aset US$ 318,4 miliar atau sekitar Rp 4.038 triliun (kurs: Rp 12.683/ US$). (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini