Sukses

Dibayangi Pasokan Merosot, Harga Minyak Stabil

Sentimen Yunani dan kekhawatiran pasokan minyak merosot seiring kekerasan terjadi di negara produsen minyak mempengaruhi harga minyak.

Liputan6.com, New York - Harga minyak sedikit berubah pada awal pekan ini setelah menyentuh level tertinggi dalam dua bulan. Kenaikan ini seiring keuntungan di dolar setelah runtuhnya pembicaraan utang Yunani, dan kekhawatiran terhadap kekerasan di Libya.

Harga minyak acuan Brent tergelincir 3 sen menjadi US$ 61,49 per barel setelah mencapai level tertinggi intraday di kisaran US$ 62,57 per barel, tertinggi sejak 22 Desember.

Sementara itu, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) tidah berubah, dan berada di level US$ 52,78 per barel. Harga minyak terus tertekan sejak Juni 2014 seiring pasokan minyak melimpah. Kini harga minyak telah naik hampir 40 persen dari posisi terendah pada bulan lalu didorong penurunan tajam dalam pengeboran minyak AS.

Sejumlah sentimen telah mempengaruhi harga minyak pada Senin pekan ini mulai dari dolar dan kekhawatiran pasokan minyak. Indeks dolar AS bergerak volatile usai pembicaraan antara Yunani dan menteri keuangan zona Euro menemui kebuntuan ketika Athena menolak usulan perpanjangan enam bulan bailout.

Selain itu, meski volume perdagangan tipis, harga minyak sempat ke level tertinggi pada 2015 di tengah kekhawatiran pasokan di dua produsen minyak terbesar. Mesir telah melakukan serangan kepada ISIS di Libya. Produksi minyak Libya telah banyak tutup sehingga produksinya jatuh menjadi 350 ribu barel per hari dari 1,6 juta barel per hari sebelum 2011.

Di Irak, kesepakatan yang bertujuan menyelesaikan sengketa antara Baghdad dan pemerintah Kurdi atas pendapatan ekspor minyak telah rapuh. Perdana Menteri Kurdi, Nechirvan Barzani memperingatkan Baghdad soal pelanggaran tawar menawar.

Fakta Desember diperbolehkan untuk pengiriman 550 ribu barel minyak per hari. Barzani mengungkapkan, kalau mereka tidak mengirim anggaran maka pihaknya tidak akan mengirim minyak. Selama Februari 2015, ekspor minyak Irak Selatan turun ke bawah 1,5 juta barel per hari.

"Risiko geopolitik bukanlah sesuatu untuk write off," ujar Olivier Jakob, Analis Petromatrix, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (17/2/2015).

Sebelumnya Menteri Perminyakan Kuwait, Ali al-Omair mengatakan, harga minyak dunia akan terus meningkat pada 2015 seiring pasokan minyak merosot. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini