Sukses

Pembangunan Smelter Papua Masih Cari Investor

Pembangunan smelter dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan produksi konsentrat tembaga mencapai 4,5-5 juta ton konsentrat per tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Papua  masih menunggu investor. Smelter tersebut untuk mengolah konsentrat tembaga yang diproduksi PT Freeport Indonesia.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, pembangunan smelter di Papua akan diserahkan ke investor. Untuk mencari investor pembangunan smelter, Sudirman berpesan agar Pemerintah Daerah mencari mitra yang memiliki kemampuan. Karena itu, akan dibentuk tim untuk menyeleksi mitra pembangunan smelter agar mendapat mitra yang baik.

"Carilah mitra yang baik oleh karena itu segera bentuk tim manajemen untuk menyeleksi mitra-mitra strategis,"  kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/2/2015).

Sudirman menambahkan, meski sudah ada perencanaan pembangunan smelter di Papua, Freeport harus tetap membangun smelter sendiri.

"Kendati smelter dibangun daerah, PT Freeport Indonesia harus tetap melaksanakan kewajibannya membangun smelter," tutur Sudirman.

Pembangunan smelter dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan produksi konsentrat tembaga. Secara nasional, produksi mencapai 4,5-5 juta ton konsentrat per tahun.

"Saya bilang jadi mau bangun di Papua oke, dan yang penting aspirasi masyarakat Papua sudah terpenuhi dengan cara seperti itu," ujar Sudirman.

Sebelumnya VP Corporate Communications Freeport Indonesia, Daisy Primayanti memastikan komitmen perseroan untuk merealisasikan pembangunan smelter di Indonesia. Bahkan perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu telah mengalokasikan dana US$ 2,3 miliar atau setar Rp 29 triliun (kurs: Rp 12.616 per dolar Amerika Serikat) untuk membangun smelter di Indonesia.

Alolasi dana untuk smelter itu di luar rencana investasi US$ 15 miliar atau Rp 189,2 triliun untuk pengembangan tambang bawah tanah yang disiapkan hingga 2014. Hingga kini, investasi yang telah dikucurkan untuk proyek pengembangan bawah tanah mencapai US$ 4 miliar atau Rp 50,46 triliun. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini