Sukses

Survei: Miliarder Pun Bisa Terkena Depresi

Apa yang tidak bisa dibeli oleh seorang milioner? Ternyata jawabannya adalah seumur hidup terbebas dari masalah psikologis.

Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin berpikir bahwa depresi hanya terjadi pada orang-orang yang kekurangan uang. Dan berpikir mana mungkin miliarder yang bisa membeli apa saja yang mereka inginkan bakal terkena depresi?.

Namun ada satu penelitian yang berkata lain. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, tekanan yang datang dalam kekayaan dan kesuksesan adalah salah satu faktor penyebab depresi. Depresi merupakan kondisi mental yang terjadi pada 1 dari 10 orang dewasa.

Dilansir dari money.cnn.com, Jumat (20/2/2015), penelitian tersebut mencontohkan seorang miliarder Peter (yang tidak berkenan memberitahu nama belakangnya), seorang konsultan manajemen berusia 50-an, terbukti sudah mengalami depresi di sebagian besar kehidupannya.

"Ada persepsi bahwa kurangnya kontrol tidak berpengaruh dengan kekuasaan dan status yang tinggi,"jelas Peter yang berasal dari keluarga kaya.

Ia mendapat pendidikan Ivy League, bisa sekolah hukum dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan konsultan terkenal. Gejala depresi paling parah dialami Peter di usia 30-an.

Semula dia merupakan konsultan handal dan mampu bekerja dengan baik selama sehari-hari. Namun kemudian dia mengalami depresi dan sulit melakukan kegiatan sehari-hari.

Peter mengalami perasaan yang dideskripsikannya sebagai "secara fisik ada di dalam lubang".

Dia juga berbicara tentang stigma depresi diantara rekan-rekannya. Seorang rekan kerja Peter juga mengalami depresi dan tidak mendapat pertolongan. Sampai-sampai, ia mengunci diri di mobil dan memasukkan selang di knalpotnya. Ia juga harus meninggalkan istri dan ketiga anaknya.

Tekanan yang menimbulkan depresi ini lebih parah lagi dialami wanita yang sukses. Studi yang diterbitkan tahun 2014 lalu yang berjudul Gender, Job Authority and Depression menunjukkan bahwa wanita yang memiliki kekuasaan di pekerjaannya menunjukkan lebih banyak gejala depresi dibanding rekan-rekan prianya.

Faktor-faktor penyebabnya antara lain prasangka, diskriminasi, stereotipe, kekurangan komunikasi dan dukungan dari superior dan rekan kerja, serta tekanan untuk melakukan pekerjaan lebih baik dari pria untuk membuktikan kompetensi.

Datangnya kekayaan yang tiba-tiba juga bisa menciptakan tekanan yang mengakibatkan depresi. "Orang-orang tidak menyadari bahwa saat terjadi perubahan besar dalam hidup, seperti pembagian harta warisan, apa yang mereka pelajari tentang hidup selama ini sudah tidak bisa diaplikasikan lagi," Myra Salzer, pemilik The Weath Conservancy menjelaskan.

Untuk menghindari terjadinya depresi, Anda harus cepat menyadari gejala-gejalanya dan mencari pertolongan segera. Seperti Peter yang mendapat pertolongan psikiatris dan obat-obatan. Walaupun sampai sekarang ia masih terus berjuang. (Nrm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Depresi adalah kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus.

    Depresi

Video Terkini