Sukses

Harga Beras Melambung di Semarang

Sejumlah daerah pemasok belum memasuki panen ditambah hujan yang mengakibatkan kebanjiran membuat harga beras naik.

Liputan6.com, Semarang - Harga semua jenis beras beranjak naik. Bukan hanya beras standar sekelas C4, namun juga beras-beras premium seperti Rajalele juga naik. Kenaikan di  pasar tradisional Semarang mencapai 30 persen.

Menurut Farida, salah satu pedagang beras di pasar Gayamsari Semarang, kenaikan harga beras sudah berlangsung sebulan terakhir. Kenaikan terjadi bertahap setiap pekan.

"Naiknya itu setiap minggu. Sejak Januari naik terus, minggu kemarin naik Rp 250,-/kg, minggu ini naik lagi Rp 200,-/kg. Jadinya, yang tadinya Rp 11.500 naik menjadi Rp 11.700," kata Farida kepada Liputan6.com, Minggu (22/2/2015).

Farida menyebutkan, beras jenis IR 2 yang termasuk kelas standar, biasa dipasarkan dengan harga Rp 8.500/kg kini dijual Rp 11.000/kg. Hal yang sama juga terjadi pada beras IR I yang biasa Rp 9.500/kg kini Rp 12.000/kg.

Kenaikan harga juga terjadi pada jenis beras premium. Harga beras premium dibanderol Rp 10.000/kg kini naik menjadi Rp 13.000/kg.
Pengakuan senada disampaikan Nursinta, pedagang beras di pasar Pedurungan. Menurut Farida, kenaikan harga beras disebabkan karena beberapa daerah pemasok belum memasuki panen. Seperti di Purwodadi, Klaten, Indramayu dan masih banyak lagi.

"Itu informasi dari pemasok. Tidak tahu benar nggaknya," kata Nursinta.

Selain itu, cuaca hujan dan menyebabkan beberapa daerah penghasil padi kebanjiran,  juga menjadi salah satu penyebab jumlah pasokan beras berkurang hingga harga beras di pasaran menjadi tidak terkontrol.

Kenaikan harga beras seperti beras jenis mentik wangi yang biasanya Rp 11.500/kg kini Rp 12.500/kg. Jenis beras C4 Super Rp 9.000/kg, kini menjadi Rp 10.500/kg, Pandan Wangi yang dulu Rp 11.000/kg kini Rp 13.000/kg.

"Tidak tahu nih. Stok turun terus mau nambah stok, harga selalu ganti, jadi susah. Sekarang saja saya hanya punya stok sekitar 50 karung. Biasanya sampai 100 atau 200 karung isi 25 kilogram," kata Nursinta.

Namun, penjualan beras relatif stabil. Tak ada penambahan maupun penurunan. Sementara itu, naiknya harga beras sangat memberatkan kaum ibu rumah tangga. Seperti disampaikan Saryati, warga Tanjungsari Pedurungan yang mengaku harus keluar uang eksta untuk membeli beras.

"Namanya juga kebutuhan pokok. Kalau tidak beli trus gimana?" kata Saryati.  (Edhie P/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.