Sukses

Bulog Sebar Raskin, Jusuf Kalla Yakin Harga Beras Turun

Kurangnya stok beras juga disebabkan terjadi sedikit permasalahan teknis dalam penyaluran beras murah.

Liputan6.com, Jakarta - Kurangnya pasokan beras belakangan ini membuat harga pangan tersebut melonjak tajam. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pun meminta kepada Perum Bulog untuk mendistribusikan 300 ribu ton beras miskin (raskin) untuk menstabilkan harga beras.

Jusuf Kalla atau biasa disapa JK mengaku, kekurangan stok beras terjadi karena petani baru mulai menanam padi di musim hujan. Sedangkan pada tahun kemarin, musim hujan datang terlambat sehingga membuat panen juga mundur. Selain itu, kurangnya stok beras juga disebabkan terjadi sedikit permasalahan teknis dalam penyaluran beras murah. 

"Ada masalah administrasi selama 3 bulan terakhir ini, raskin yang harusnya sudah keluar 500 ribu ton lebih, baru keluar 140 ribu ton. Jadi ada kurang pasokan," ujar dia saat Rakor Ketahanan Pangan di kantornya, Jakarta, Senin (23/2/2015).

Atas dasar itu, Jusuf Kalla menugaskan Perum Bulog untuk mendistribusikan raskin sebesar 300 ribu ton kepada rakyat yang membutuhkan. Dari catatannya, stok raskin di gudang Bulog tinggal tersisa setengah juta ton beras.

Dengan upaya ini, dia yakin harga beras akan turun. Namun penurunan tersebut harus memikirkan nasib petani agar tidak merugi. Pemerintah saat ini fokus pada stabilisasi harga beras di pasar.

"Pasti akan turun, karena harga raskin cuma Rp 1.600 per liter. Raskin itu kan 10 persen dari seluruh supply akan keluar. 10 persen dari konsumsi nasional, ya raskin itu. Tapi kalau terlalu turun, petani rugi, jadi yang penting stabil," tegas JK.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga mengusulkan agar Perum Bulog mengimpor beras untuk menstabilkan harga beras di pasar tradisional. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, harga beras di pasar tradisional masih melambung tinggi karena suplai beras dari hasil panen belum terserap pedagang. Di samping itu, suplai Bulog terbatas.

Melihat kondisi harga beras yang tak kunjung turun meski sudah ada intervensi pasar, Sofyan menuturkan, karena pedagang ingin mem-bully Bulog. Bulog diperingatkan pedagang untuk tidak bermain-main dengan cara operasi pasar.

"Mungkin juga jumlah yang disuplai Bulog tidak banyak, cuma bikin telinga gatal sehingga operasi pasar Bulog belum berfungsi. Selain itu, pasar beras tidak sehat," ujar dia.  

Menurut Sofyan, pemerintah harus tetap mengimpor beras sebagai jalan keluar meningkatkan suplai beras di pasar. Namun dia belum menyebut kebutuhan impor beras.  

"Saya tetap meyakini kita harus mengimpor kalau misal suplai di dalam negeri kurang. Angkanya belum, tapi yang penting target swasembada bukan tahun ini. Perlu impor karena kita harus menjaga inflasi dan beras salah satu komponen paling penting," tegas dia. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini