Sukses

Jusuf Kalla Tantang Penimbun Beras

"Silakan saja timbun-timbun beras. Besok kita tambah, turun harga, kalian rugi," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menduga terjadi penimbunan beras oleh pedagang sehingga membuat harga beras terus melambung belakangan ini. Namun, Jusuf Kalla membantah bahwa para pedagang yang menimbun tersebut adalah mafia beras karena volume yang ditimbun tak terlalu besar.

Menurut Kalla, sebenarnya stok beras di gudang Perum Bulog sudah cukup memadai karena mencapai 1,4 juta ton. Jumlah stok beras tersebut belum termasuk pasokan yang ada di pedagang dan petani.

"Ini sebenarnya urusan suplai, bukan mafia-mafiaan. Orang nimbun sedikit," ujar dia saat ditemui usai Meninjau PTSP Pusat di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta, Selasa (24/2/2015).

Kalla mengaku, setelah terjadi kenaikan harga beras dalam beberapa hari terakhir, pemerintah langsung menugaskan Bulog untuk mendistribusikan 400 ribu ton beras ke masyarakat pada bulan ini. Jumlah tersebut akan terus ditambah jika harga beras tak kunjung turun. Dalam rencananya, total beras yang akan didistribusikan oleh Bulog mencapai 500 ribu ton.

"Makanya silakan saja timbun-timbun beras. Besok kita tambah, turun harga, kalian rugi. Habislah yang timbun beras. Timbun saja sekarang, mau 1 juta ton silakan, besok kita kasih 2 juta ton," tantang Kalla.

Lebih jauh dia menegaskan, pemerintah tidak akan menempuh jalan impor beras lantaran musim panen raya akan tiba. Dalam hitungannya, masa panen tersebut akan berlangsung pada April hingga Mei ini. Dengan datangnya masa panen tersebut akan menambah cadangan beras di gudang Bulog menjadi 3 juta ton.

"Teorinya Bulog menjual saat harga naik dan membeli pada saat harga turun. Jadi ketika harga naik, harus jual stoknya. Saya ini bekas Kepala Bulog jadi mengerti," ungkap dia terkekeh.

Namun Kalla berharap, masyarakat tidak selalu menuntut harga beras murah. Hal itu menyangkut kesejahteraan petani. "Anda ini di kota suka bicara harga murah, kalau harga murah matilah petani kita. Giliran harga karet naik semua pada ketawa, tapi harga beras naik, semua orang marah. Terus bagaimana petani? Jadi jangan kemahalan dan terlalu murah," pungkasnya. 

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog telah menggelar operasi pasar beras untuk kembali menstabilkan harga beras. Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel menuturkan, operasi pasar merupakan upaya pemerintah dalam menekan tingginya harga beras untuk sementara waktu. Pemerintah ingin menyentuh masyarakat, dan sengaja mengurangi stok ke pedagang.

"‎Operasi pasar ini langkah jangka pendek menstabilkan harga beras, sekira 1-2 bulan. Sudah mulai terasa dampaknya karena kami langsung ke pemukiman padat. Stok ke pedagang besar memang dikurangi," ujar dia kepada wartawan saat Operasi Pasar di Ruman Susun Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (22/2/2015) lalu.

Direktur Utama Perum Bulog, Lenny Sugihat menambahkan, untuk operasi pasar tersebut, pihaknya menggelontorkan sekitar 5 ton beras yang cukup dibagikan untuk 800 orang. Pihaknya telah menggelar operasi pasar sejak 16 Februari lalu. "Sampai kapannya tergantung pak Mendag. Tapi akan terus dilakukan jika harga sudah dinilai stabil karena tujuannya kan itu," papar Lenny.

Dia mengatakan, saat ini operasi pasar sudah berlangsung di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi mengingat harga beras di daerah tersebut sangat tinggi hingga menembus dalam kisaran Rp 9 ribu sampai Rp 11 ribu per kg. Sementara di daerah lain, harga beras cukup stabil. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini