Sukses

Sepi Sentimen di Akhir Pekan, Rupiah Masih Loyo

Menanti data inflasi yang baru diumumkan pekan depan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 12.800 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Menanti data inflasi yang baru diumumkan pekan depan, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah tipis di kisaran 12.800 per dolar AS. Sejauh ini, pasar domestik tercatat masih minim sentimen sementara faktor global terus memberikan tekanan kepada rupiah.

Data valuta asing Bloomberg, Jumat (27/2/2015), nilai tukar rupiah melemah 0,37 persen ke level 12.879 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Rupiah sempat menyentuh level 12.882 pada pukul 8:48 waktu Jakarta.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga dibuka melemah di level 12.868 per dolar AS. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah dan berkutat di kisaran 12.847 per dolar AS hingga 12.883 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah terkoreksi hanya satu poin ke level 12.863 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, seharusnya, secara fundamental, rupiah berada di kisaran 12.400 per dolar hingga 12.700 per dolar. Hanya saja ada faktor psikologis yang membuat rupiah terus berkutat di kisaran di level 12.800 per dolar AS.

"Faktor tersebut seperti sentimen dari Bank Sentral Amerika Serikat. Tetapi itu hanya temporary namanya juga faktor psikologis," tuturnya kepada Liputan6.com.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina menambahi, rupiah sebenarnya sudah melemah cukup parah saat berada di kisaran 12.800 per dolar AS. Meski sebenarnya, saat ini data fundamental ekonomi domestik cenderung positif, tapi sejumlah pengaruh eksternal seperti pernyataan The Fed dan data ekonomi AS masih terus berpengaruh.

"Seluruh data-data (ekonomi domestik) sudah keluar ya, bulan depan pasar menanti pengumuman tingkat inflasi yang diprediksi akan berkurang dan dapat memberikan sentimen positif," ujar Dian.

Dalam hal ini, Dian mengatakan, yang terpenting adalah ada intervensi dari Bank Indonesia agar rupiah tidak tergelincir ke level 13.000 per dolar AS. Pasalnya, level tersebut menunjukkan volatilitas rupiah telah cukup tinggi dan BI bertugas mengatasinya. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.