Sukses

Menkeu: Rupiah Anjlok karena China

Dolar Singapura juga melemah 0,3 persen ke level 1,3657 per dolar AS dan merupakan level terendahnya sejak Agustus 2010.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah anjlok dan bergerak mendekati level terendah dalam 17 tahun terakhir dengan menembus level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan oleh sentimen negatif dari China sehingga mempengaruhi nilai mata uang negara-negara yang memiliki kaitan erat dengan negeri tirai bambu tersebut.

"Memang kondisi hari ini ada proyeksi yang negatif terhadap pertumbuhan China. Jadi mata uang negara-negara yang punya kaitan dengan China yang besar termasuk Indonesia ya melemah," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (2/3/2015).

Menurut Bambang, melemahnya nilai tukar rupiah ini memang murni efek dari kondisi eksternal. Hal ini terbukti Indonesia kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,36 persen pada Februari 2015.

"Makanya ini bukan masalah dalam negeri, ini masalah luar karena ada sentimen negatif terhadap China yang membuat orang spekulasi. Jadi ekonomi yang terkait China seperti Indonesia akan terganggu," lanjut dia.

Meski demikian, Bambang menyatakan bahwa pihaknya akan menyerahkan sepenuhnya kepada  Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi guna meredam hal ini. "Ini bukan masalah nggak apa-apa, cuma konsidi seperti itu, nanti BI yang intervensi di pasar kalau diperlukan," tandasnya.

Sebenarnya pelemahan rupiah ini juga dialami oleh beberapa mata uang Asia lainnya.  dolar Singapura juga melemah 0,3 persen ke level 1,3657 per dolar AS dan merupakan level terendahnya sejak Agustus 2010. Itu terjadi di tengah ekspektasi pasar akan adanya pelonggaran kebijakan moneter pada April guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, ringgit Malaysia juga melemah setelah harga minyak turun dan dikhawatirkan dapat mengganggu surplus neraca transaksi berjalan dan memperlebar defisit fiskal Malaysia.

Terakhir, won Korea juga merosot setelah data output industri Januari menunjukkan kinerja terburuknya dalam enam tahun terakhir. Nilai ekspor juga melemah dalam dua tahun terakhir. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini