Sukses

Pemerintah & BI Harus Mampu Singkirkan Spekulan Dolar

Indonesia sangat membutuhkan ketersediaan dolar AS cukup besar karena masih mengandalkan barang atau produk impor.

Liputan6.com, Jakarta - Pertahanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhirnya jebol dan semakin terperosok dalam hingga menyentuh level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut sangat memukul telak pengusaha yang mengandalkan barang impor jadi karena perlu membayar sesuai hitungan kurs dolar saat ini.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta‎ mengungkapkan, sangat sulit bagi suatu bangsa mengecap stabilitas nilai tukar yang melepas kursnya lewat mekanisme pasar, seperti Indonesia.

"Negara kita juga tidak punya uang untuk menstabilkan rupiah. Bagi eksportir, pelemahan rupiah berkah tapi bagi importir sangat bermasalah," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/3/2015).

‎Lebih jauh menurut Tutum, stabilitas kurs rupiah sangat penting bagi para pelaku usaha meskipun level rupiah terhadap dolar AS menyentuh Rp 13.000. Artinya nilai tersebut berlangsung konsisten dalam jangka panjang, sambil berharap terjadi penguatan mata uang rupiah.

"Takutnya ada spekulan yang bermain, karena ini menyangkut supply dan demand. Banyak orang menukar rupiah ke dolar AS untuk yang ingin berkunjung ke luar negeri, kebutuhan anak sekolah di luar negeri, jadi setiap hari tukar dolar AS," ucapnya.

Indonesia, kata dia, sangat membutuhkan ketersediaan dolar AS cukup besar karena masih mengandalkan barang atau produk impor. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI), sambung Tutum, harus mampu menyingkirkan para spekulan yang bermain mencari keuntungan dari pelemahan rupiah.

"Jangan takut sama para spekulan. Kalau BI dan pemerintahnya takut, bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia. Spekulan bisa mengganggu kita, karena mereka mencari keuntungan. Paling penting yang harus ditanamkan pegang rupiah adalah yang terbaik," terang dia. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.