Sukses

Biaya Hidup di Kota Ini Masih Termahal di Dunia

Survei EIU dilakukan berdasarkan harga barang termasuk makanan, minuman, pakaian, sewa rumah, transportasi dan tagihan listrik.

Liputan6.com, Singapura - Singapura masih didapuk sebagai kota termahal di dunia untuk tahun kedua berturut-turut. Hal itu berdasarkan survei terbaru the Economist Intelligence Unit (EIU).

Berdasarkan survei tersebut sejumlah kota yang mencatatkan biaya hidup termahal di dunia tidak terlalu berubah. Kota-kota itu antara lain Paris, Oslo, Zurich dan Sydney.

"Ini fakta yang relatif stabil. Bagaimana ini sangat jarang dapat terulang kembali untuk peringkat biaya hidup global," tulis EIU, seperti dikutip dari laman CNBC, Selasa (3/3/2015).

Berdasarkan laporan tersebut Singapura masih menjadi kota paling mahal untuk membeli pakaian. Harga premium ditawarkan di pusat perbelanjaan utama Singapura, Orchard Road. Bahkan harganya bisa lebih tinggi 50 persen dari New York.

Peringkat berikutnya untuk kota termahal antara lain Melbourne, Geneva, Copenhagen, Hong Kong, dan Seoul. EIU mencatat kalau penurunan mata uang Swiss juga membuat Zurich dan Jenewa menjadi kota paling mahal di dunia.

Berdasarkan laporan EIU, Zurich menjadi kota termahal untuk rekreasi dan aktivitas hiburan di Eropa. Sementara itu, kota-kota utama Jepang seperti Tokyo dan Osaka, yang biasanya masuk kota paling mahal selama dua dekade terakhir malah justru keluar dari daftar EIU. Hal itu seiring inflasi melemah dan devaluasi Yen.

Survei yang dilakukan selama dua tahunan ini melihat berdasarkan perbandingan harga barang termausk makanan, minuman, pakaian, sewa rumah, transportasi, tagihan listrik, sekolah swasta, pembantu rumah tangga, dan biaya rekreasi.

Selain merilis kota termahal, EIU juga merilis sejumlah kota yang biaya hidupnya termurah di dunia. Kota itu antara lain Karachi, Bangalore, Caracas, Mumbai, Chennai dan New Delhi.

Caracas masuk kota paling mahal pada 2014 mengalami penurunan terparah seiring ketidakstabilan mata uang. Hal itu dipicu harga minyak dunia melemah dan inflasi merajalela mendorong kota itu krisis ekonomi. (Ahm/)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini