Sukses

14.000 Karyawan di Bank Ini Bakal Jadi Pengangguran

Royal Bank of Scotland (RBS) dikabarkan akan melakukan PHK pada 14.000 karyawan di bisnis investasinya. Sebagian besar ada di Asia dan AS

Liputan6.com, London - Keputusan Inggris untuk mundur dari bisnis perbankan investasi akhirnya mendorong Royal Bank of Scotland untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 14 ribu pegawai di sektor tersebut.

CEO perusahaan perbankan dan jasa finansial multinasional Barclays, Antony Jenkins, mengatakan dirinya tak bisa bersabar dengan bisnis investasi tersebut.

Mengutip laman CNBC, Rabu (4/3/2015), langkah tersebut menjawab cara dua bank asal Inggris itu menghadapi pertanyaan tentang masa depan bisnis investasinya. Mereka mengurangi ketergantungan negara terhadap kelompok asing untuk menyediakan akses ke pasar modal.

"Akan ada saatnya ketika kami membutuhkan likuiditas di negara ini dan kami tidak akan memiliki pialang asal Inggris, jadi kami harus bergantung pada JPMorgan, dan itu sebuah masalah," ujar analis perbankan di Bernstein, Chirantan Barua.

RBS sebelumnya menolak mengatakan berapa jumlah pegawai yang akan mengalami PHK sebagai bentuk dari rencana restrukturisasi drastis. Terdapat sekitar 18 ribu pegawai yang bekerja di bank investasi RBS.

Bank asal Skotlandia itu mengumumkan akan mengembalikan bisnis tersebut ke akarnya di Inggris.

Proporsi terbesar PHK di RBS akan dilakukan di Amerika Serikat dan Asia. Namun hingga saat ini, pihak RBS masih enggan mengomentari kemungkinan tersebut.

Antony Jenkins mengatakan kesabarannya terbatas dalam menunggu pemulihan bank investasi Barclays yang menjadi bayang-bayang penguatan bagian lain di kelompok tersebut.

"Saya bukan orang yang sabar. Kami tidak ragu0ragu untuk mengoptimalkan modal yang dialokasikan pada bank investasi tersebut, biaya pokok dan pendapatannya untuk mencapai return yang ditargetkan," pungkasnya.

Dulu, bank investasi merupakan mesin laba bagi Barclays. Tapi Barclays mengumumkan ada penurunan di unit bank investasi pada Mei karena persyaratan regulatori yang cukup ketat dan penurunan bisnis perdagangan obligasi, mata uang dan komoditas. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.