Sukses

Estimasi Analis Meleset, Harga Minyak AS Terdongkrak

Departemen Energi AS mengungkapkan bahwa stok minyak mentah di AS naik 10,3 juta barel menjadi 444,40 juta barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan setelah Departemen Energi mengungkapkan bahwa data cadangan minyak di negara tersebut berada di bawah estimasi dari analis.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (5/3/2015), minyak mentah jenis Light untuk pengiriman April naik US$ 1,01 atau 2 persen ke level US$ 51,53 per barel di New York Mercantile Exchange, AS.

Kebalikannya, harga minyak Brent, yang menjadi patokan global mengalami penurunan karena ada kekhawatiran bahwa konflik di Libya akan membuat produksi minyak di negara tersebut terhenti. Harga minyak Brent untuk pengiriman bulan depan turun 47 sen atau 0,8 persen ke level US$ 60,55 per barel di ICE Future Europe.

Departemen Energi AS mengungkapkan bahwa stok minyak mentah di AS naik 10,3 juta barel menjadi 444,40 juta barel dalam pekan yang berakhir pada tanggal 27 Februari kemarin.

Para Analis yang disurvei oleh Wall Street Journal memperkirakan bahwa peningkatan cadangan minyak untuk di Cushing, Oklahoma, AS, bakal naik sebesar 4,6 juta barel. Namun kenyataannya hanya mengalami kenaikan sebesar 500 ribu barel.

Jumlah cadangan minyak di Cushing tersebut selama beberapa minggu terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar. Para analis dan pelaku pasar memperkirakan bahwa kenaikan tersebut membuat perbedaan antara harga jual minyak AS dengan Brent akan melebar jauh.

Namun karena cadangan minyak di Cushing kenaikannya tak terlalu besar maka para pelaku pasar memilih untuk menjual minyak Brent dan membeli minyak AS.

"Perkiraan analis meleset, jumlah cadangan di Cushing ternyata tak seperti yang diharapkan," jelas Analis Tyche Capital Advisors, Tariq Zahir.

Sebelumnya, harga minyak Brent mengalami penurunan karena Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, kesepakatan mengenai program nuklir Iran dapat disimpulkan pada pekan ini. Hal itu terjadi jika Amerika Serikat (AS) dan negara barat lainnya telah memiliki kemauan politik untuk menghapus sanksi.

Ekspor minyak Iran telah dibatasi selama beberapa tahun seiring saksi AS dan Eropa. Meski pemerintah Iran mengatakan, rencana nuklirnya untuk tujuan damai.

Analis percaya, Iran akan mampu mendongkrak penjualan minyaknya cukup cepat tanpa pembatasan sehingga mendongkrak ekspor hingga 1 juta barel per hari (bph). (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini