Sukses

Dampak Pelemahan Rupiah, Lebih Parah Dulu atau Sekarang?

Pemerintah mengubah sistem subsidi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) membuat dampak pelemahan rupiah tidak signifikan ke APBN.

Liputan6.com, Jakarta - Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlangsung. Kondisi tersebut saat ini tidak berpengaruh signifikan untuk fiskal Indonesia karena struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah berubah.

Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior, Mirza Adityaswara usai hadir di acara Fitch Ratings, Jakarta, Kamis (5/3/2015).  Dia mengatakan, anggaran negara dulu mayoritas tersedot ke belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) atau energi.

"APBN pemerintah dulu ketergantungan pada dolar di sisi pembiayaan ‎karena ada komponen besar subsidi BBM yang perlu diimpor. Kalau dolar AS menguat atau rupiah melemah, impor BBM lebih mahal, sehingga anggaran subsidi BBM membengkak," ucap dia.

Sedangkan saat ini, lanjut Mirza, anggaran subsidi BBM telah dipangkas habis-habisan untuk dialihkan ke belanja infrastruktur dan subsidi pangan. Pemerintah menghapus subsidi BBM jenis Premium dan menetapkan subsidi tetap Rp 1.000 per liter untuk Solar.

"Sekarang Premium sudah tidak disubsidi lagi, jadi pelemahan rupiah tidak terlalu berdampak negatif ke APBN. Bahkan sebenarnya penerimaan minyak kita bisa meningkat. Jadi masyarakat perlu paham, struktur APBN pemerintah sudah berubah. Sejak 1 Januari lalu, pemerintah mengubah sistem subsidi," tegas Mirza.

Fiskal yang lebih sehat, menurut Mirza, membuat gejolak pasar saham dan obligasi lebih stabil. Volatilitas tidak terlalu signifikan yang dulu selalu mengkhawatirkan jika kurs rupiah melemah.

Indonesia, sambungnya, merupakan negara liberal yang sebelumnya memperbolehkan transaksi valas di dalam negeri. Hal ini berbeda dengan peraturan di luar negeri. Namun, tambah Mirza, Undang-undang Mata Uang Tahun 2011 kini melarang transaksi valas di dalam negeri. Penertiban ini akan sangat membantu penguatan rupiah.

Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menguatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika dan juga ekspektasi pertumbuhan ekonomi China.

Data Valuta Asing Bloomberg, Kamis pekan ini, menunjukkan, pada pembukaan pukul 08.00 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 12.999 per dolar AS. Namun rupiah terus tertekan hingga menyentuh level 13.050 per dolar pada pukul 08.15 WIB.

Sampai pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 13.028. Dalam perdagangan sampai siang ini, rupiah berada di kisaran 12.999 per dolar AS hingga 13.052 per dolar AS. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.