Sukses

Rupiah Anjlok Bukan karena Sengaja

Tekanan rupiah datang karena penguatan dolar AS ke hampir seluruh mata uang dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membantah bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini karena ada unsur kesengajaan. Bukan pula untuk mengekor beberapa negara yang secara sukarela melemahkan mata uangnya.

Hal ini ditegaskan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (6/3/2015). Dia mengaku, tekanan rupiah datang karena penguatan dolar AS ke hampir seluruh mata uang dunia seiring membaiknya ekonomi Negeri Paman Sam itu.

"Pelemahan sekarang bukan by design. Itu karena ada penguatan dolar AS ke mata uang lain, pemotongan suku bunga di beberapa negara dan defisit transaksi berjalan kita masih di kisaran 3 persen," tutur dia.

Lebih jauh, dijelaskan Bambang, ada negara yang secara sukarela melemahkan kurs mata uangnya untuk meningkatkan daya saing. Lanjut dia, seperti Yen Jepang, Dolar Australia dan Euro yang agak melemah.

"Tapi rupiah tidak melemah ke semua mata uang, tapi juga ada penguatan terhadap mata uang lain," paparnya.

Dia mengaku, kondisi pelemahan rupiah berbeda dengan tahun 1998. Di mana kurs rupiah terjun bebas dari Rp 2.500 ke level Rp 13.000 per dolar AS. Depresiasinya mencapai ratusan persen.

"Sekarang ini ada pola kesimbangan baru, toh buktinya investor menyatakan Indonesia dan India sebagai negara dengan kinerja ekonomi baik. Memang depresiasi Rupee India tidak sefluktuatif rupiah karena defisit transaksi berjalannya sudah di bawah 2 persen," terang dia.  

Menurut Bambang, kurs rupiah masih under value atau berbeda dengan kondisi Peso Filipina yang tercatat over value. Sayangnya, negara Filipina bukan pengekspor barang, melainkan jasa.

"Kalau (rupiah) menguat bisa over value atau di atas nilai yang seharusnya. Jadi akan mengurangi daya saing untuk komoditas ekspor. Kita under value karena ekspor kita barang dan untuk menjaga daya saing," pungkas dia. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini