Sukses


Anjloknya Harga Minyak Dunia Guncang Pasar Properti 5 Negara

Harga minyak akan bertahan di level rendah selama dua tahun. Sepanjang periode pelemahan, harga minyak mentah dunia susut hingga 60 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan harga minyak dunia sejak akhir tahun lalu membawa berkah bagi para importir minyak. Sebaliknya produsen minyak justru merasakan derita. Pasar properti atau real estate pun ikut terkena imbas suram dari kondisi tersebut. 
 
Managing Director Lamudi Indonesia Karan Khetan mengutip prediksi ahli minyak, mengatakan, harga minyak akan bertahan di level rendah selama dua tahun. Sepanjang periode pelemahan, harga minyak mentah dunia susut hingga 60 persen. 
 
"Fluktuasi ini menimbulkan spekulasi tentang dampak bagi pasar real estate dunia," ungkap dia dalam keterangan resminya yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Rabu (11/3/2015). 
 
Jaringan properti internasional Lamudi menginvestigasi dampak yang mungkin terjadi pada pasar real estate di 5 negara produsen minyak di negara berkembang.
 
​​1. Arab Saudi
 
Sebagai pengekspor minyak nomor satu di dunia, komoditas ini merupakan 90 persen penghasilan pemerintah di Arab Saudi. Akibat harga minyak mentah anjlok, keuangan negara ini mengalami pukulan hebat.
 
US Bank Citi memprediksi, total pendapatan pemerintah Arab Saurdi akan turun 18 persen menjadi US$ 241 milliar pada tahun ini dibanding 2014. 
 
Di sektor properti, Arab Saudi sedang berusaha mengatasi kekurangan perumahan sekira satu juta unit karena pertumbuhan populasi. Merosotnya pendapatan negara Arab Saudi mungkin dapat berpengaruh terhadap proyek pembangunan hunian untuk menekan jumlah backlog. 
 
2. Qatar
 
Berbeda, penurunan harga minyak diharapkan berdampak minim bagi perekonomian Qatar. Pasalnya, pemerintah Qatar sedang giat mencari variasi komoditas yang bisa menggenjot ekspor, selain minyak dan gas bumi.
 
Atas kebijakan tersebut, investasi di bidang infrastruktur, konstruksi dan geliat properti di Qatar diperkirakan tetap bertumbuh. Hal ini seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi Qatar yang mencapai 7,7 persen pada 2015.
 
Bahkan, pemain di industri real estate memprediksi bahwa harga sewa di pasaran akan stabil karena bertambahnya jumlah suplai hunian di Qatar. Berbagai proyek real estate seperti Lusail City sedang digarap.
 
3. Nigeria
 
Sebesar 70 persen ekonomi Negeria pada minyak mentah, sehingga penurunan harga akan berdampak signifikan terhadap sumber penghasilan utama negara ini. Menariknya, mayoritas proyek real estate di negara ini dibiayai pemerintah. Itu artinya akan ada pengurangan dana yang tersedia untuk perkembangan properti. 
 
Managing Director Lamudi Nigeria, Obi Ejimofo, memperkirakan, perkembangan perumahan di luar kota besar Nigeria akan mengalami perlambatan akibat kondisi tersebut. 
 
“Pertanyaan sekarang apakah harga minyak yang rendah ini akan bertahan, atau akan naik lagi dalam waktu 12 bulan. Ini akan menentukan bagaimana industri real estate terpengaruh dalam jangka panjang," ujar Ejimofo. 
 
4. Meksiko
 
Kebijakan reformasi pajak dan investasi pemerintah di sektor perumahan diperkirakan akan menopang pasar properti tumbuh kuat di Meksiko pada 2015. Sementara, reformasi di sektor energi akan menarik banyak investor asing menanamkan modalnya ke Meksiko. 
 
Kombinasi kebijakan ini akan mengimbangi dampak penurunan harga minyak mentah ke properti, sebab pemerintah juga sedang mencari cara mengurangi belanja hingga 8,4 miliar Peso 
 
CEO Lamudi Amerika Latin, Vera Makarov, mengatakan, stimulus utama pasar properti akan datang dari kebijakan perumahan pemerintah yang diumumkan pada Januari ini. 
 
"Kebijakan ini diharapkan akan memancing investasi real estate sebesar 370 miliar Peso dan membuka jalan untuk pembangunan konstruksi dari 500 ribu unit rumah,” kata dia. 
 
5. Indonesia
 
Penurunan harga minyak mentah berpeluang ikut mempengaruhi ekonomi Indonesia, karena minyak dan barang tambang lain menyumbang pendapatan Indonesia secara signifikan. Namun dengan kondisi ini, pemerintah Indonesia sangat terbantu untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). 
 
Managing Director Lamudi Indonesia Karan Khetan mengaku, susutnya harga minyak mentah tidak akan berimbas siginfikan terhadap pasar properti di Tanah Air karena tidak ada pengaruh besar terhadap penghasilan yang siap dibelanjakan (disposable income). 
 
"Mereka yang bekerja di industri minyak dan sumber daya alam akan terkena dampaknya, tapi pertumbuhan di sektor ekonomi lain akan menyeimbangkan dampak penurunan harga minyak meski permintaan di real estate akan terbatas,” tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.