Sukses

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Dinilai Masih Terkendali

Presiden ingin mengetahui langsung kondisi terbaru mata uang rupiah dan pasar keuangan Indonesia secara umum.

Liputan6.com, Jakarta - Usai menggelar kunjungan ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung memimpin rapat terbatas (ratas) guna membahas kondisi pelemahan rupiah yang menembus 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (10/3/2015).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan Presiden ingin mengetahui langsung kondisi terbaru mata uang rupiah dan pasar keuangan Indonesia secara umum.

"Presiden dari daerah ingin mendengarkan penjelasan rupiah yang dalam minggu ini melemah sekitar nomor lima,namun ada yang lebih parah pelemahannya. Selebih dari itu tidak ada yang menghawatirkan," jelas dia seperti dikutip Rabu (11/3/2015).

Para menteri dan Gubernur Bank Indonesia serta OJK menjelaskan jika kondisi pelemahan nilai tukar rupiah saat ini dinilai masih dalam kondisi terkendali.

Selain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, hadir pada pertemuan ini, Gubernur BI, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lainnya.

Dari laporan, nilai tukar rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang yang lain. Terhadap euro misalnya rupiah bahkan menguat. Rupiah hanya melemah terhadap dolar AS.

"Jadi dalam posisi itu di mana letak rupiah sebenarnya oke saja," lanjut Sofyan.

Dia menuturkan, saat ini masalah pelemahan rupiah dipengaruhi kondisi ekonomi di Amerika Serikat yang bagus dan para pelaku pasar memperkirakan imbas dari ini, Bank Sentral AS (The Fed) segera menaikkan suku bunganya yang diprediksi terjadi pada Juni ini.

"Nah untuk diketahui bahwa sejak 2008 setelah krisis, Amerika menggelontorkan quantitive easing, menggelontorkan dolar begitu besar ke pasar, berapa triliun dolar, itu dalam rangka menstimulir ekonomi Amerika, dolar ini pergi ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia," tutur dia.

Hal ini yang dikatakan membuat rupiah sempat menguat sampai ke posisi Rp 9.000. Kini kondisinya, Amerika ingin menyerap dolar kembali dengan menaikkan suku bunga.

"Nah inilah kemudian dalam proses adjusment ini semua mata uang dunia melemah karena dolar kembali ke Amerika," kata dia. (Nrm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini